Minggu, 24 Januari 2010

Sang Ayah

Di tengah kota..disebuah rumah sederhana dan bercat pucat. Disaksikan sebuah photo yang tergantung di dinding lambang sebuah kebanggaan. Seorang yang tinggi besar dengan kewibawaan yang sempurna yang dimiliki seorang prajurit serta seorang bapak setengah baya yang kurus kering dengan kerut di kening. Sebuah wajah yang syarat kekhawatiran yang berbicara dengan mata menerawang. Kontras sekali dengan sang prajurit yang semangatnya mengalahkan usia yang disandangnya.


“Kita susul ke tempat itu hari ini juga! Apa kau sudah tau alamatnya?”, “Sudah Pak..tapi apa jam segini tidak tutup?”. “Kalau perlu kita dobrak saja pintunya, sebelum semua terlambat!”. “Baik Pak!” jawab Karjo gugup.. “Gusti.. semoga ndak telat.” Batin Karjo. Pak Akbar segera memerintahkan supir pribadinya untuk bersiap-siap. Lalu keduanya bersama pak supir meluncur ke suatu alamat : PJTKI M. Sepanjang perjalanan Karjo seakan menerawang dengan tangan yang terlihat gemetar menggenggam alamat PJTKI itu. Sesekali dalam mata itu terlihat kilat kemarahan. Sedangkan Pak Akbar,dia hanya diam. Tak tahu apa yang ada dipikirkannya, atau mungkin dia memberikan waktu untuk Pak Karjo menyendiri.


Dua kali supir turun untuk menanyakan alamat yang dituju, akhirnya sampailah mereka. Matahari sudah malu-malu di sebelah barat, dan keadaan sudah menunjukkan bahwa kantor itu sudah tutup dari mungkin sekitar satu atau dua jam yang lalu. Pak Karjo hanya memandang pasrah pintu PJTKI itu, serta beralih menatap Pak Akbar yang tampak sedang membaca keadaan. Menit kemudian Pak Akbar dengan isyarat mengajak, menuju tetangga-tetangga sebelah kantor dan menanyakan tentang keberadaan yang empunya kantor. Mendengar jawaban-jawaban yang klasik, pak Akbar hanya tersenyum, berterima Kasih yang juga klasik kepada beberapa orang yang mereka tanyai, kemudian bergegas kembali ke kantor tersebut. Tanpa basa-basi dan tanpa peringatan dengan satu kaki didobraknya pintu kantor itu. Seperti tak punya kekuatan apapun, pintu itu langsung jebol dengan sekali tendang menimbulkan suara yang mengagetkan tetangga-tetangga sekitar. Segera beberapa warga mendatangi dan mulai timbul keributan kecil. Adu mulut dan emosi. Tapi Pak Akbar dengan kewibawaan yang menguasai, seakan sudah membaca situasi. Dengan tenang dan seakan balik mengintimidasi dia berkata “ Saya ingin bertemu dengan pemimpin kantor ini. Ada yang tahu dimana orangnya?”


Seorang ibu-ibu yang menggendong seorang balita mengatakan bahwa dia tahu dimana istri pemimpin kantor. Sang istri muncul ditemani seorang warga. Tampak gemetar karena takut, dan juga air mata yang tak dibendung.karena marah, “Bapak bisa saya tuntut karena telah membuat kerusuhan di kantor saya!” kata wanita itu marah tapi juga takut. Rupanya dia juga yang merangkap menjadi sekretaris pribadi suaminya di kantor itu. “Mana suamimu?!” kata pak Akbar tak gentar. “Iya! Kembalikan istri dan anak saya!” sahut pak Karjo kali ini tak kuat memendam amarah. Mukanya merah dan giginya gemeretak menahan emosi. Wanita paruh baya itu semakin nyiut nyali.. “Kami ini salah apa Pak? Bapak-bapak ini benar-benar bisa kami tuntut.” Wanita itu masih mencoba mempertahankan diri. “Silahkan! Tapi saya juga bisa menutup kantor itu! Kalian sudah memberangkatkan TKI illegal!!” gertak pak Akbar. “Bapak jangan menuduh macam-macam tanpa bukti! Kami selalu memberangkatkan TKI dengan resmi!” kali ini wanita ini penuh keyakinan. “Hallah..!! buktinya Istri dan anak saya berangkat juga tanpa ada tanda tangan saya! Pokoknya kembalikan mereka.” Sahut pak Karjo muntab. “Semua sudah sesuai Pak! Kami ndak mungkin memberangkatkan calon TKI tanpa ada ijin keluarga!” wanita itu tak kalah ngotot. “Buktinya! Saya ndak pernah tanda tangan apapun! Tapi istri dan anak saya tetap diberangkatkan!” Pak karjo semakin merah mukanya dan tangannya mengepal. “Sudah saya bilang..kami tidak akan memberangkatkan calon TKI kalau ada berkas yang kurang Pak!” jawab wanita itu mulai merasa menang. “ Anda ini bagaimana?! Kalian ini sangat ceroboh hingga tidak melakukan kroscek ke pihak keluarga. Kesalahan kalian ini sudah bisa diperkarakan ke hukum. Dan kemungkinan untuk saya untuk menutup usaha kalian ini sangat mudah. Mengingat kecerobohan yang kalian lakukan!” Pak Akbar kembali menggertak. Kali ini si wanita istri kantor PJTKI itu tampak kebingungan. “Kembalikan Istri dan Anak saya!” Pak Karjo mengintimidasi. “Gini aja buk..! kami kasih waktu 2 hari untuk mengembalikan istri dan anak Pak Karjo ini..laen itu kita tak bisa kompromi!”. “Kita bicarakan ini baik-baik Pak..Suami saya baru akan datang dari Jakarta besok siang. Setelah itu marilah kita diskusikan bagaimana baiknya” jawab wanita itu. “Baiklah! Ayo Karjo, kita kembali lagi besok.” Pak Akbar memberi komando. Karjo tampak belum puas dengan hasil yang didapat. Tapi dia sangat percaya atas pak Akbar. Lalu pulanglah mereka..dengan sedikit harapan…


Keesokan harinya.. dikantor PJTKI M yang masih rusak pintunya, empat orang tampak berbicara serius. Lama..sedikit argumen dan bumbu emosi mewarnai. Tapi kali ini keadaan lebih terkontrol.. hampir 2 Jam hingga akhinya yang terlihat adalah Pak Karjo tertunduk lesu.. Sudut-sudut matanya yang nanar mengeluarkan airmata. Kepedihan..gambaran kegagalan seorang suami dan ayah ada disana. Harus menerima kenyataan bahwa istri dan anaknya sudah berangkat 2 minggu yang lalu ke Malaysia. Pihak PJTKI minta maaf karena keteledoran mereka tidak melakukan kroscek ke pihak keluarga langsung karena waktu itu permintaan pengiriman calon TKI sungguh mendesak. Tapi dengan diyakinkan bahwa di Malaysia istri dan anaknya mendapat majikan yang baik, maka urusan dengan PJTKI berakhir dengan damai.



Suatu saat sebelum keberangkatan ke Malaysia


“Min..bagaimanapun aku harus berangkat. Aku sudah ndak betah hidup miskin begini” kata Narsiah kepada keponakannya yang pulang kampung dari merantau ke Malaysia. “ Baiklah..nanti saya Bantu keberangkatannya Mbak..yang pasti resmi” Kata Minarsih. “ Yuli juga ikut ya Buk? Yuli pengen Bantu-bantu Bapak sama Ibuk nyari uang..” kata anak Narsiah. “Hallah…ngapain pake bantu Bapakmu itu. Orang dia suka kok hidup miskin!” jawab Narsiah sekenanya. Yuli yang sudah tau tabiat Ibunya hanya diam saja..



2 tahun kemudian..


Terlihat seorang lelaki tua yang duduk di taman kota. Tampak menerawang dan sedang memikirkan sesuatu. Tampak sekilas dia memang stress memikirkan hidupnya. Dari awal aku datang ke taman ini, hingga sudah 2 jam..aku hanya mengamati dia duduk diam. Dialah pak Karjo..lelaki itu semakin kurus ceking. Matanya seakan menanggung beban hidup yang amat berat. Istri yang dulu dicintainya kini pergi meninggalkannya. Bahkan setelah pulang dari Malaysia, si istri Narsiah tak mau lagi kenal sama Karjo yang menjadi petugas keamanan di pasar burung. Sejenak setelah dua jam seakan dia hanya berbicara pada udara, tampak sedikit raut senyum diwajahnya. Ahh.. rupanya…dengan hati sedikit lapang dia bercerita padaku. “Aku boleh gagal sebagai lelaki yang dicintai nak. Tapi aku tak pernah gagal menjadi seorang Ayah. 2 bulan lagi anakku pulang dari Malaysia. Dan dia pulang untuk Bapak..untuk Bapaknya ini” katanya tersenyum padaku. Aku hanya bisa ikut tersenyum bersamanya, dan berkata “Iya Pak Karjo..Yuli tetap anakmu”.


The end..


Based on true story…




NB:

  • Akhrinya setelah pusing mencari nama tokoh, nama Akbar-lah yang terpilih sebagai pemran pembantu disini. Hahaha..ini nama belakan dosen pembimbing TA-ku dulu. Waks!waks! (maaf Pak..belum ada rejeki waktu main ke Ampel..InsyaAllah..sangat amat diusahakan).

  • Nama Karjo awalnya Karmin..tapi kok bisa berganti sendiri menjadi Karjo..aku tak mengerti kenapa.

  • Nama tempat, tokoh, hanya samaran..

  • Foto keponakanku Tuh!! Huhuy... Ada yang Mau? mau? mau?

  • Aku gak suka cerpen ini. Hmmm...apa karena aku gak bisa nulis gaya percakapan gini yach? Kayaknya mesti cari literatur yang laen selain komik. Hohoho... Herlequen boleh tuh....wkwkwkwk...



5 komentar:

Anonim mengatakan...

ak juga suka cerpen e
two tumbs up
hehe
pasti inspirate dari reality yo
hahahah

pertamax gan

Fly^Pucino mengatakan...

HOree..!!!! Ada yang Komen..

v(^_^)// udah putus asa....merana..dan segalanya.. (hallah..lebay!), aku gak pede nih,nulis cerpen kek gini...beneran bagus ahh?? soalnya cuma dikasih dua jempol,padahal tangan dan kakimu kan uuuaaakkkeehh...(ini bener dirimu kan? hehe..).

Iyo based on true story..

(kali ini EW kuper)

Erikson mengatakan...

hehehe yang penting masih nongol di page one.. *datang diam2 ke negeri aathena* terharu aku AD bacanya, kisah kesulitan hidup gini kadang aku tediam bacanya.. memang gak enak kalo lagi dalam keadaan seperti pak Karjo,.. tapi sabar sajalah pak.. ketulusan lambat laun akan terbukti juga..

Fly^Pucino mengatakan...

HUakakakaks... iyo kamu kuper kali ini.. Kayaknya nih cerita aslinya malah lebih sadis deh. penggamabaran pak karjo kurang deeinside (syett dagh!)

Fly^Pucino mengatakan...

HUakakakaks... iyo kamu kuper kali ini.. Kayaknya nih cerita aslinya malah lebih sadis deh. penggamabaran pak karjo kurang deeinside (syett dagh!)