Minggu, 28 Maret 2010

Welcome To The Black parade


Bangku beton itu menjadi semakin hitam tanpa kau duduk diatasnya. Dahulu kau adalah pemandangan unik diantara pemandangan penuh kenangan ini. Tempat kita berjuang dan mengukuhkan diri. Serba hitam diantara yang lain yang berlomba menarik perhatian dengan warna-warna ceria. Tak apa..mereka harus setuju denganku kali ini, kau kelihatan sangat keren dengan warna serba hitam itu. Dahulu aku pernah menyukai sekali warna hitam itu. Sampai sahabatku pergi dan seseorang menyeletuk padaku di suatu pagi.. “sudah berbulan-bulan, kenapa masih memakai warna hitam juga?”. Agak miris,sedih, dan juga tersadar. Pertama, aku pakai hitam bukan karena aku berkabung..tidak pernah seperti itu.. aku memakai warna hitam karena saat itu aku suka warna hitam. Kedua, iya..aku sedih dia pergi. Ketiga, aku sangat sadar bahwa aku takkan pernah tampak sekeren dirimu saat pakai warna hitam dek.

Suatu pagi kau datang dengan dandanan lebih mentereng lewat rambut yang kentara habis keluar dari salon serta warna eye liner hitam di matamu. Tak menjadikan dirimu tampak konyol seperti bayangan orang lain saat memakainya mengingat kau seorang laki-laki. Tak berlebihan..seakan ingin kau teriakkan pada dunia ;

“Ini aku!

Ada dan bernafas!”

“Keren!!” kataku saat dia menghampiriku di bangku beton itu. Dan kau hanya tersenyum tersipu malu mendengar aku mengucap itu. Kentara sekali gugup seakan tak pernah kau dengar ucap seperti itu ditelingamu. Setidaknya yang ditujukan padamu. Tapi bener deh..emang keren kok. “Ngenet dek..” saat kulihat dia mengeluarkan laptopnya. “Tunggu bentar..,ada yang mesti mbak liat deh!” katanya sambil menyalakan laptop dan menunggu booting sambil mencolokkan kabel yang memang tersedia di bawah meja beton itu. Diklik sebuah file .mp3 dan sebuah lagu terdengar.. “Black Parade”.. “mbak mesti liat videoklip yang ini..cool!” katanya. Free WiFi..memang tempat ini. Dan karena inilah dulu kami diperkenalkan oleh Tuhan. Aku hanya manusia SKSD yang berniat numpang ngenet ngratis di laptop adik tingkatku ini. Hanya dia saat itu yang keliatannya sedang tak terlalu keliatan sibuk seperti yang lain disekitarnya. Saat itu kulihat dia melihat-lihat sebuah gambar grup band luar negri yang sangat kukenal: ‘My Chemical Romance” . Sungguh harus ku ucapkan terima kasih kepada band My Chemical Romance karena menyatukan dunia kami. Saat itu aku hanya sekedarnya saja suka band itu karena memang menurutku keren aja. Lagunya..dandanan yang unik.. tapi bagi adekku ini, My Chemical Romance tampaknya adalah suatu inspirasi hidupnya. Atau apa aku juga tak mengerti saat itu..

Suatu hari kudengar kau lama tak masuk kuliah. Ahh..mungkin kau sama bandelnya macam aku yang males-malesan menginjak kampus saat merasa muak melihat wajah-wajah arogan sok berkuasa dengan pikiran bebal serta kejam plus sangat amat tidak keren sekali (Fiuuhhh!!! Lega!!! *). Untung aku diberi kesempatan sadar saat itu..bahwa betapa harapan orang tuaku terletak pada tekadku untuk meraih kata lulus dan menjadi sarjana. Bukan gelar kata Bapakku.. “Bapak mung biso nyangoni ilmu nduk..lulus aja..mung lulus tok..ora perlu IP duwur macem karepe wong liyo-liyo..tapi yang penting iku awakmu entuk ilmu. Wong duwe ilmu iku mesti diangkat derajate marang Gusti Pangeran.. Anggep ae..bapak iki budal kaji lak anakku lulus sekolah kabeh”**). Masih kuingat kata itu..meski aku pernah suatu kali melihat betapa air mata di pelupuk matanya merindukan Ka’bah. Ahh..Bapak…Pahlawanku tiada bandingannya.

Ya…begitulah, mungkin kau sedang malas kuliah atau sakit Typus berita samar-samar yang kudengar dari teman-temanmu. Di suatu siang kau muncul lagi..dengan senyum yang sama saat kusapa. “Kemana? Katanya kau sakit katanya yah? Emang agak pucat nih wajahmu.” tanyaku begitu dia duduk di sebelahku. Dia hanya menyelondorkan kakinya di bawah meja beton itu. Tak menjawab..lebih pendiam. Kuanggap saja itu jawaban iya. Lalu kau mulai bermanja-manja merengek memanggilku sambil meletakkan kepalamu di meja seperti kelelahan.. “Mbak-e..” Cuma itu yang kau ucap. Aku menangkap sinyal sesuatu yang tak ingin kau ceritakan. Lalu ku alihkan saja pembicaraan. “Udah gondrong nih dek, keknya perlu dirapikan dikit deh..” kataku sambil menguyek-uyek rambutnya yang memang sudah begitu adanya dari dulu. “Adudududuh!Mbak-e gimana to…nti gak keren lagi aku!” katanya sambil mberengut merapikan rambutnya dengan menyisirkan jari-jari tangannya. Tak perlu waktu lama, udah kembali lagi seperti awal. Lalu kami tertawa bersama.. saat itu.. sedang sepi.. tak ada yang duduk disitu di jam-jam kuliah seperti ini. Jangan tanyakan kenapa kami tidak ikut jam-jam itu. Ahh..baiklah, aku memang sudah tak ada kuliah karena tinggal Tugas Akhir..sedang dia?? Aku bahkan tak terlalu tertarik menanyakannya, kuharap kalian juga. Kembali disurukkan kepala itu di meja..lalu kudengar kau bergumam..sebuah lagu.. “Black Parade”..

Kita tak banyak menghabiskan waktu bersama-sama, tapi sekali senggang aku selalu mencarimu di tempat itu. Karena kau Adikku dan aku kakakmu..beberapa manusia bernama Dedi di lingkungan itu.. Agak ribet saat aku menyakan dirimu, karena aku tak mau mendefinisakanmu berlebihan seperti yang lain. Tapi akhirnya akan mudah saat aku bilang “lihat Dedi adikku ndak?” dan mereka hanya akan menuntun ke satu Dedi yaitu kamu. Kupikir kita masih punya banyak waktu, jadi aku tak perlu berbasa-basi pamitan saat aku mesti pindah kekota lain untuk bekerja. Aku hanya tinggal mengunjungimu ke tempat itu, dan kita akan berhaha hihi sebentar. Ato mungkin hanya diam dan mendengarkan My hemical Romance dari Laptop-mu diselingi J-Rock sesekali kesukaanku.

Hingga suatu siang di kantorku..saat itu untung aku tak begitu sibuk. Semua berjalan damai hari itu, lalu sebuah sort message dari sahabatku kuterima. “Nduk..kau lagi sibuk kah ini? Lagi di kantor ato dimana?” pertanyaan yang sungguh aneh jika ini datang dari makhluk satu ini. “di kantor..sedang utek-utek laporan rutin aja, knapa ndut? Tumben..” balasku. “Nti ae sore pas udah pulang sms aku nduk, kita semesesan yukk!!” balasnya.. “Ok!” send…

Sore itu menjelang Isyak aku baru sampai kos..ku sms sahabatku “Aku dah nyantei nih! Ede epe?” tanyaku.. lalu hampir-hampir lama kuterima balesan darinya. “Nduk..ada berita duka Dedi..meninggal dunia kemaren sore” sms itu..kubaca berulang kali, dan aku hanya bisa berbikir keras menerka Dedi mana yang dia maksud. Begitu banyak Dedi yang kukenal dan otakku menolak melintaskan *Dedi adikku* untuk masuk kategorinya, sama sekali tak terlintas. “Innalillahi..Dedi sapa ndut?? Kau apa kabar Ndut?” tanyaku kemudian. “Dedi nduk..Dedi adikmu itu..” tanpa menjawab pertanyaanku yang kedua secepat bunyi Guntur dia membalas sms ku. Dan layaknya setelah Guntur berbunyi menggelegar..maka yang kemudian terekam hanya mencekam. Dan aku hening dalam diam.., pening kepalaku ini. Tapi ini bukan efek migren, karena berkali-kali kubaca sms itu kalimatnya terbaca sama.

Kutelepon sahabatku itu, tak sabar menanyakan kebenarannya. Tapi hanya menambah kebenarannya saja..dari pagi diantara tiga sahabatku di kota Pahlawan yang tahu aku dekat dengan Dedi tak berani mengabarkan berita ini. Mengingat aku pernah sangat rapuh dan bahkan sampai detik ini kesulitan menerjemahkan arti ikhlas jika menyangkut kepergian sahabat karibku Nyoe. Sampai di cek ke berbagai pihak pun ternyata informasinya memang benar..itu Dedi adikku. Agak kesulitan mereka mencari kebenaran kabar itu, mengingat kita lintas angkatan. Juga ternyata adikku udah ga masuk kuliah lama sekali. Semua mengira ini seperti biasanya..tapi kali ini dia tak kembali. Kanker Otak Stadium entah berapa telah mengantarkannya ke sisi Allah. “Your own black parade..” ucapku lirih di sela do’aku setelah sholat Isyak malam itu. Air mata ini tak mampu kubendung untukmu..hanya sedikit saja Dek.. aku tahu kau menyimpannya sendiri.. mungkin karena juga tak mau melihat air mata. Tapi kau adikku,dan aku kakakmu..

The End..

Malang, 18 Maret 2010, Saat aku teringat kamu di sela-sela lagu My Chemical Romance yang kudengar hari ini Dek.. Semoga engkau tenang disisi Allah. Amin..

*) no Coment..

**)“ Bapak hanya bisa mewariskan ilmu nduk.. lulus saja.. hanya lulus saja.. tidak perlu IP tinggi-tinggi seperti yang diharapkan orang lain padamu. Tetapi yang penting itu kamu dapat ilmu. Orang punya ilmu itu pasti akan diangkat derajatnya oleh gusti Allah.. Bagi Bapak.. Bapak seperti berangkat Haji kalau anak–anak Bapak lulus sekolah semua”


Just for u.. i sing..


"Welcome To The Black Parade"

When I was a young boy,
My father took me into the city
To see a marching band.

He said, "Son when you grow up,
would you be the saviour of the broken,
the beaten and the damned?"
He said "Will you defeat them,
your demons, and all the non-believers,
the plans that they have made?"
"Because one day I'll leave you,
A phantom to lead you in the summer,
To join The Black Parade."

When I was a young boy,
My father took me into the city
To see a marching band.
He said, "Son when you grow up,
would you be the saviour of the broken,
the beaten and the damned?"

Sometimes I get the feeling she's watching over me.
And other times I feel like I should go.
And through it all, the rise and fall, the bodies in the streets.
And when you're gone we want you all to know.

We'll carry on,
We'll carry on
And though you're dead and gone believe me
Your memory will carry on
We'll carry on
And in my heart I can't contain it
The anthem won't explain it.

A world that sends you reeling from decimated dreams
Your misery and hate will kill us all.
So paint it black and take it back
Let's shout it loud and clear
Defiant to the end we hear the call

To carry on
We'll carry on
And though you're dead and gone believe me
Your memory will carry on
We'll carry on
And though you're broken and defeated
Your weary widow marches

On and on we carry through the fears
Ooh oh ohhhh
Disappointed faces of your peers
Ooh oh ohhhh
Take a look at me cause I could not care at all

Do or die, you'll never make me
Because the world will never take my heart
Go and try, you'll never break me
We want it all, we wanna play this part
I won't explain or say I'm sorry
I'm unashamed, I'm gonna show my scar
Give a cheer for all the broken
Listen here, because it's who we are
I'm just a man, I'm not a hero
Just a boy, who had to sing this song
I'm just a man, I'm not a hero
I! don't! care!

We'll carry on
We'll carry on
And though you're dead and gone believe me
Your memory will carry on
We'll carry onRata Tengah
And though you're broken and defeated
Your weary widow marches on

Do or die, you'll never make me
Because the world will never take my heart
Go and try, you'll never break me
We want it all, we wanna play this part (We'll carry on)

Do or die, you'll never make me (We'll carry on)
Because the world will never take my heart (We'll carry on)
Go and try, you'll never break me (We'll carry)
We want it all, we wanna play this part (We'll carry on)

Rabu, 17 Maret 2010

Komidi Putar Raksasa Tanpa Kuda



Aku masih disini! Diatas bumi ini!” Klik! “Terima Kasihku…untuk semua waktumu…”, Entah sudah muter berapa kali kaset Jamrud itu. Dari Side A ke Side B..balik lagi ke Side A..dikeluarkan, diganti ke Side B lagi..dipercepat..diputer, di mute di next.. entah apa maunya..terus begitu. Novel kompilasi cerita kocak tentang penulisnya dipegang dengan satu tangan, tampak hampir habis dibaca. Aku sendiri sedang jengkel melihatnya membaca novel sambil cekikikan dengan tanpa dosa membuat tambah bĂȘte dengan memencet-mencet tombol tape yang sebenarnya paling tak berdosa di ruangan ini, ditambah sekarang teraniaya. Beberapa lama kemudian dia berhenti melakukan semua itu. Lalu kuteruskan mencoba memecahkan teka-teki komik Kariage-kun. Aku masih heran, ada juga orang yang bisa selalu tertawa terpingkal-pingkal membaca komik ini, sedangkan aku..hanya sesekali saja. Tak juga mengerti..dapat dua halaman lalu kuletakkan komik Kariage-kun itu, kemudian kuganti dengan Petir karya Dewi dee, dan aku tenggelam dengan segala yang ada didalamnya. Tiga bab kulahap, lebih tepatnya kuulang lagi membacanya…jadi sekedar mereviuw kata-kata yang membuatku terinspirasi mencipta kata-kataku sendiri. Kata-kata yang tak peduli akan dimengerti atau dicaci nanti.


Menjelang Bab empat novel yang kubaca, kudengar tape-ku dianaiaya lagi. Tapi aku sedang malas menegur, dan yang aku tahu dia sedang tidak dalam hati yang ingin ditegur. Kadang kita harus sadari bahwa kita tak selalu benar jika sudah dibenturkan masalah hati. Dan aku sedang tak berada di waktu yang tepat untuk jadi pahlawan. Detik selanjutnya seakan aku tersadar, mungkin hatikulah yang perlu diselamatkan. Daripada aku marah dan jadi bawel..jadi aku mending segera cabut dari tempat ini. Kusambar jaket yang sudah tampak pudar di kursi. Kulemparkan Novel ke meja,dan ngeloyor pergi.


Kutepikan motorku di sudut jalanan yang berhias pohon trembesi dan sebuah bangku usang. Sebuah sudut suram dengan pemandangan gemerlapan jauh diseberangnya. Pemandangan yang biasa kutatap berlama-lama. Kebanyakan diantaranya aku tak memikirkan apapun saat menikmatinya. Bagian yang lainnya aku sedang ingin menyendiri dan menangis sendiri tanpa suara, kepingan yang lain aku sedang berpikir keras memecahkan suatu masalah. Tapi saat tak memikirkan apapun adalah saat-saat yang paling kusukai. Aku laksana orang gila paling bahagia. Tertawa dan tersenyum sendiri..membayangkan menyatu dan melebur dengan apa yang aku amati. Gemerlap cahayanya dengan ukiran-ukiran yang bercerita tentang negeri dongeng penuh keajaiban. Geraknya yang searah mengayun seru memacu adrenalin. Kadang berhenti, tapi hanya untuk bersiap berputar lagi. Komidi putar raksasa tanpa kuda… Aku tak bisa menyebutnya dengan kata lain. Sungguh indah bagiku. Tapi aku hanya mengamati dan mengamatinya sepanjang waktu. Tak pernah mencoba menaikinya. Terlalu mual membayangkannya, tapi mungkin tak ada tangan yang menarikku untuk bersama-sama sekedar tertawa merasakan kejutannya.


Empat puluh lima menit aku telah mengamati dengan berbagai posisi, tersenyum dan tertawa geli sendiri. Sampai sebuah message aku terima di handphone-ku , “Posisi? Kek hantu aja main ngeloyor pergi gak permisi”. Kutekan tombol reply dan kubalas, “Tempat biasa..males ngomong sama orang stress akut! :p”. kuterima sebuah message lagi.. “meluncur kesitu”. Lima belas menit kemudian yang terjadi adalah dua orang gila bahagia sedang cengengesan melihat komidi putar rakasasa tanpa kuda.


Tak ada percakapan, tak ada yang ingin saling bertanya. Membiarkan semua hanyut dalam diam. Aku yakin dia tahu, meski tak bertanya padaku. Seperti aku merasa, meski tak pernah dia cerita. Yang aku harapkan, dia juga percaya padaku..seperti aku percaya padanya. Tak perduli kuping ini mendengar celoteh dari segala penjuru tentangmu. Aku hanya menarik kesimpulan dari segala hal yang terjadi.. Dan saat kau mulai mendengar hembusan dari yang lain tentang aku yang mulai membuatmu muak. Aku hanya bisa katakan satu hal padamu… “ Aku Percaya Kamu”.


- The End -



Nambah : All setting tempat cerita adalah Fiksi.. Ngemeng-ngemeng, kata “Aku Percaya Kamu” diambil dari judul lagu D’ Massive. Hahahaha…


Kamis, 11 Maret 2010

Terasa Salah..


Kutenggelamkan kakiku di rerumputan pagi itu. Daun-daun mungilnya seakan menggelitikku mengajak aku bercanda. Sapuan embun menyejukkan menjalar kejiwaku yang gersang semalam tadi. Sejauh mata memandang kabut masih menantang. Ayah..,aku pulang.. sudah sejauh ini tapi masih rasa malu untuk menemuimu. Bunga-bunga yang kau pesan sudah kucoba aku tanamkan. Ayah..,sanggupkah aku kali ini?? – Kertosono,7 Maret 2010 -


Aku belum bisa menemuimu..atau menemuinya, lalu aku kembali ke kota ini...

Malang, 11 maret 2010


Cahaya matahari menerobos melalui celah pintu. Memberikan penerangan menyilaukan tak sempurna. Sangat kontras dengan udara dingin kota ini. Entah disini, atau yang disana..ada sesuatu yang tak semestinya. Kenapa perih kalau tak luka? Kenapa lemah kalau tegar? Kenapa sepi meski tak sendiri? Apakah sudah benar seperti ini? Kadang ingin menertawakan semua yang telah terjadi bersama-sama. Kulihat cermin dan kucoba membentuk sebuah simpul senyum dengan bayanganku. Tapi yang terjadi..setiap terbentuk sebuah tawa semu, bersamaan pula sebuah goresan menggiris hati. Ya…hati.. aku juga punya hati. Yang kadang mungkin orang lupa, bahwa bukan hanya mereka yang bisa merasa terluka. Ha..ha…ha…lucu…sungguh lucu! sekarang aku menertawakan diriku sendiri. Betapa aku membenci diriku yang lemah seprti ini. Lemah dan rapuh..,tapi apakah itu juga salah? Bukan hanya mereka yang bisa merasakan lemah..merasa rapuh.. karena aku juga manusia. Aku mungkin akan lebih memilih menjauh sejenak saat aku terluka. Tapi tak pernah bisa rupanya aku benar-benar pergi lalu menghilang. Aku berontak untuk menyerahkan alamku. Ini duniaku bisa tertawa, ini semestaku bisa bermimpi. Ini langit kubisa melukis pelangi. Semua bisa kau warnai, tapi tak berhak menyuruhku pergi untuk selanjutnya mereka tempati. Lalu hanya kau jadikan aku dongeng saat-saat sepi. Ini taman syurgaku. Hanya ini punyaku..


Mungkin aku akan terus tersesat, tapi meski aku berlari memutar waktu..kepedihan yang paling pedih kurasakan adalah saat aku berpura-pura mengabaikan apa yang sebenarnya tak pernah terabaikan olehku. Berpura-pura tak peduli apa yang sangat kupedulikan. Telah kuhukum diriku dengan sangat perih. Maafkan aku..aku harus katakan, tak ada cara lain untukku..Aku harus bertahan! (Kertosono,7 Maret 2010)


Lalu aku sadari..ini tak benar, pembicaraan antara kita belumlah usai. Aku tak pernah pergi, masih menunggu semua argumentasi. Kita tak akan pernah berhenti berdiskusi. Kita tak akan bisa berhenti…