Selasa, 22 Desember 2009

Kulintasi Semesta


Bau solar ini sangat menyengat. Goncangan bus semakin mengocok perutku. Sekarang aku hanya bisa mengutuki diriku sendiri, menyesal mengisi perutku hanya dengan secangkir kopi pagi ini. Matahari pagi ini juga terik. Menyeruak seakan marah menembus kaca bus. Kutarik tirai yang berwarna merah maroon, warna yang tak biasa untuk ukuran bus ekonomi (begitu pikirku). Bus berhenti di lampu merah, dan kulihat seorang pedagang asongan naik. Bukannya segera menjajakan dagangannya, tapi malah duduk di bangku yang kosong.
Sepagi ini wajahmu telah lelah
Jiwa tak boleh goyah
Ayo terus langkah
Tendang keluh kesah
Bukan saatnya menyerah
Ingin kukatakan narasi ini padanya, ahh..tapi apa ya dia mengerti? Aku tertawa sendiri. Lalu kembali gelisah..ini bus lama sekali. Kulihat jam yang ada di HP-ku, dan pada saat itu pula HP itu bergetar. 1 message received, kubuka dan kubaca.
kau sampai mana? Kira-kira nyampai jam berapa?
Sedikit panik aku mengetuk-ngetuk kakiku. Mengetik sort message setelah menekan tombol reply. Belum sampai satu kalimat kuhapus lagi semua yang sudah aku tulis. Mengetuk-ngetukkan tanganku ke pangkuanku sendiri sekarang. Berpikir apa yang harus kukatakan atas keterlambatanku kali ini. Ahh…sekarang tak hanya perutku yang ku kutuki, tapi ini juga. Kuputuskan untuk menelpon saja.. agak ragu aku memencet nomor yang tadi mengnirimiku sms. Nada sambung…dan akhirnya diangkat. “hallo,kau dimana?” kata suara disana kepadaku. “Dengar..sepertinya aku harus jujur padamu. Aku terjebak macet. Dan sekarang masih di dalam bus menuju kesana. Kau marah?” tanyaku tak lebih dari harapan. “Kau tenang saja, pastikan saja kau datang tepat waktu. Semua tergantung dirimu sendiri. Oke?” “aku mengerti maksudmu, aku berusaha.. dan sekarang aku hanya bisa berharap Tuhan memberiku sedikit waktu” kututup teleponku tanpa berpamitan. Aku tahu tak akan ada yang tersinggung dengan itu. Kami sudah terbiasa seperti itu. Apalagi dalam keadaan gusar seperti ini.
Waktu..
Hentilah sejenak untukku
Beri aku ruangmu
Demi itu…
Bus sudah lepas dai kemacetan. Tapi hatiku tak mau berhenti berdetak galau. Tuhan..tolong aku… (aku berdo’a lirih hampir terdengar samar). Penumpang disampingku keliatan ikut tak nyaman melihat keresahan yang tampak olehku. Kulihat keinginannya untuk mengajakku berbicara. Tapi aku mengelak dengan membuang pandanganku keluar jendela. Maaf..aku sedang tak ingin mengobrol. Aku hanya akan terdengar konyol dalam keadaan marah karena frustasi semacam ini. Kenek bus meneriakkan nama sebuah terminal. Aku terhenyak bangkit dan langsung bersiap di pintu keluar.
Jangan!
Jangan pergi dulu.
Ini aku
Berlari mengejarmu
Berhenti disitu.
Hentikan sejenak langkahmu
Samakan dengan langkahku
Begitu bus berhenti, aku segera berhambur turun dan berlari menuju depan peron terminal. Kupencet tombol redial di HP-ku. Langsung diangkat.. “Aku sampai” aku menyela sebelum orang diseberang sana bicara. “hampir telat” katanya. “tapi aku tidak telat kali ini” jawabku bangga terlebih lega. “Tak semudah itu, kau harus lebih baik dari itu” katanya, “Maksudmu?” tanyaku mulai tak sabar dan mulai marah. “Sabar..bukankah kita sudah sepakat?” tanyanya tak memerlukan jawaban. “Kita tak pernah menyepakati apapun” jawabku protes dan emosi. “ Kesepakatan tak harus di ucapkan kan? Dan kau bilang kau harus mendapatkan ini” aku tak tau ini pertanyaan atau pernyataan untukku. “Sudahlah! Katakan saja maumu. Lalu kita selesaikan” kataku hampir berteriak. “Kenapa kau lakukan ini?”tanyanya sedikit rapuh. “Aku tak punya alasan” jawabku. “Kau harus punya” jawabnya tak mau kalah. “ Akan kukatakan kalau kau menemuiku disini. Sekarang!!” aku sangat kesal dan marah, hampir kubanting HP di genggamanaku. Terdengar hening di seberang sana..beberapa saat kami tak saling bicara. Aku mulai menguasai keadaan. Lalu bertanya padanya..”Kenapa?” “Aku tak tahu” jawabnya. “Begini saja…” tut..tut..tut… nada terputus. Tak terdengar apapun dari benda sialan ditanganku itu. Kupencet radial lagi. Tak ada nada sambung, yang terdengar hanya rekaman suara menyebalkan operator yang memberi tahu untuk menghubungi nomor itu beberapa saat lagi. Aku mencari sandaran.. lama tatapanku kosong. Lalu kuketik sort message :
Kita sama tahu semua sudah berubah. Kita tak perlu alasan apapun. Aku disini tak kemana. Kembali kesini dan hadapi semua. Kau tahu harus mencariku kemana
Message sent….
-The End-
NB:
-Terinspirasi atas lembar ucapan terima kasih dari novel karangan Tamara Geraldine yang juga pernah kudengar dari seorang sahabatku. “kadang mengejar tujuan adalah dengan jalan berlari pulang” .
-Mungkin aku tak akan menemukan apapun disana, tapi disanalah aku mulai bermimpi..dan berharap disanalah kutemukan sisa mimpi-mimpiku.
-Judul foto –melintasi semesta-

Rabu, 09 Desember 2009

AKU BUKAN KORUPTOR

Pian mau iku lomba mewarnainya ma..”, Fian merengek manja pada mamanya yang pura-pura sibuk membaca surat kabar pagi. “Iya..nanti didaftarin ya sayang” jawab Mamanya mengintip dari balik kertas surat kabar yang hampir menutupi setengah tubuhnya yang mungil. “Asyik!!” Fian berhambur ke mamanya dan mengecup sayang pipi sang Mama. Surat kabar tak lagi berbentuk, kini mereka saling berpeluk.

Dalam sebuah ruangan kantor di suatu gedung tinggi bertingkat…

“Bagaimana Pak? Bukankah ini akan sangat menguntungkan?”
“ Ini Terlalu beresiko Bung..!”
“Ahh..tidak seberat itulah Pak. Ini aman..semua bakal lancar. Bahkan semua pihak tak ada yang bakal merasa dirugikan dalam hal ini pak.”
“Entahlah Bung, saya sangat paham apa yang Bung maksudkan. Tapi…”
“Bapak tak usah khawatir, tak akan nama Bapak terseret jika ini terbongkar kan?”
“Memang..,saya tau..tak ada hitam di atas putih. Tapi saya bakal ikut andil juga meski kecil kan Bung?”
“Bagaimana kalau Bapak bawa dan pelajari berkas ini dulu?”
“Saya…”
Kau auraku..memancarkan…bunyi hand phone dari si Bapak berbunyi, semua terhenyak kaget meski ditutupi. Layaknya ketahuan sedang mencuri cucian tetanggga yang busuk baunya.
~Istriku~ , terpampang pada layar hand phone tersebut.
“Ya..Hallo mama..”
“Iya..ya…maaf ya Ma, Papa gak bisa nganterin…nanti kita cerita di Rumah ya Ma. Papa masih ada rapat.”
“Okey Mama..hati-hati ya..”
Perbincangan basa-basi berlanjut di ruangan itu. Beberapa lama kemudian terlihat si Bapak menerima berkas-berkas dari tangan si Bung. Pertemuan berakhir sore itu.

Di lantai dasar sebuah Mall yang terkenal di kota kecil itu..

“Hayo..sapa yang tau artinya korupsi?” tanya pemandu acara kepada sekitar 43 peserta lomba mewarnai usia 4-6 Th rangka pameran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang namanya melambung tinggi di jagat kekisruhan tanah air saat ini. Sebagian besar peserta lomba mewarnai itu berebut angkat tangan dan berteriak-teriak..”Aku tau..!! Aku tau..!!”. Pemandu acara kesulitan memilih siapa yang ditunjuk, tapi dengan mempergunakan permainan. Maka terpilihlah satu yang menang, dan anak itulah yang menjawab. Dengan polosnya, si anak menjawab “Koryupsiy….alrtinya…mencuryi…kak!!” jawab si kecil yang polos itu. “Ada yang pernah mencuri gak disini?” tanya si pemandu acara kepada forum itu. “Tidak…!!!!” jawab anak-anak itu serempak. “Bagus..,gak boleh mencuri ya.. mencuri apa saja lho ya.. Kalau memang pengen sesuatu bisa minta sama Mama dan Papa..Okey?!” sebagian forum mengangguk..sebagian kecil berteriak “Ok!!” dan sebagian kecil lainnya tampak diam tersipu-sipu..(ahh…tak tau apa yang mereka pikirkan). “Baik adek kecil..sapa namanya dek?” tanya pemandu kepada si anak yang tadi maju ke depan untuk ditanyai. “Pian Kak!” jawan si anak malu-malu. Si pemandu melihat nama peserta yang di pasang di baju si anak..”Ooo…Fian…, karena Fian sudah bisa menjawab pertanyaan kakak. Fian dapat hadiah.. Selamat ya Fian…” “Terima kasih kak…” Fian menerima hadiah girang dan bangga. “Fian kok pinter banget sih sampai tahu artinya korupsi? Kalo boleh kakak tahu sapa yang ngajarin?” sambil melirik memandang mamanya, fian menjawab “Mama…” katanya malu-malu sambil menunjuk mamanya. “Wah..Mama nya Fian pinter donk berarti…” “Iyah..,waktu liat tipi..Fian nanya sama Mama..” “Ooo…begitu..” para penonton tersenyum gemas. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan permainan dan pengumuman hasil pemenang lomba mewarnai. Meski tak menang, hari itu..Fian masih mendapat bingkisan dari panitia dan telah membuat bangga Mamanya. Dan memberikan pelajaran berharga bagi sebagian yang lain.

Di rumah..

“Tadi bagaimana acaranya Ma?” Tanya Papa. “Acaranya seru Pa, Ada permainannya untuk orang dewasa juga. Setiap permainan dapat gift yang lucu” “Mama ikut juga gitu?” “Mama ikut-ikutan aja Pa.. yang nglempar panah itu..” “ Fian gimana Ma?”, mama Cuma tersenyum dan melirik sang anak yang sedang sibuk bermain dengan mobil-mobilan di pojok ruangan. “Gak menang Pa.., hahaha..” “oo…gitu, gapapa kan tapi dia?” “Tuh liat sendiri..Mama liat baek-baek aja” “Baguslah kalo gitu”. Masing-masing kemudian sibuk dengan fikiran masing-masing. Beberapa menit kemudian Papa pergi ke ruang makan tapi tak lama kemudian kembali lagi. “Mama..,mama lihat camilan yang kemaren Papa taruh di Toples ndak Ma?” “Yang mana Pa?” jawab mama mengingat-ingat. “Fian..,dek..liat cemilan Papa di meja makan ndak?” tanya Papa pada Fian. “ Enggak Papa..Pian kan bukan koryuptor” jawab Fian menggemaskan acuh tak acuh sambil membenarkan roda mobil-mobilannya yang lepas. Pama dan Mama saling berpandangan dan kemudian tertawa keras bersamaan. “Pintar sekali anakmu itu Ma” kata Mama pada istrinya. “Anak siapa dulu…” jawab Mama membanggakan diri. “Kok korupsi sih Fian? Papa kan nanya kue..barangkali saja Fian makan..” Kata Papa kemudian pada Fian. “ Kalo ngambil gak ijin Mama kan namanya menculi Pah..Menculi kan sama kayak koryupsi.., iya kan Ma?” tanya Fian bingung. Mama menghampiri Fian dan mengecup kening sang anak..sambil berkata “Benerr..sayang..Fian pinter deh” Papa tampak tertegun, memegangi perutnya yang kini terasa melilit. “Papa lapar ya? Kayaknya kue itu udah Mama kasihkan si Narti Pa.., kemaren ada temennya main kesini. Maaf ya Pa?” “oo..gitu, Nggak papa Ma..tadi teringat saja kue itu.Papa pikir daripada gak kemakan mau Papa makan. Papa istirahat dulu kalo gitu Ma.. Besok harus berangkat pagi” “Iya Pa..Mama mau menidurkan Fian dulu. Ayo sayang.. Udah waktunya tidur” Papa bergegas ke kamar tidur..Tak segera dia bisa terlelap. Lama dia berfikir, lalu tersenyum dan mulai memejamkan mata.

Kesokan hari di kantor yang sama…

Terlihat perbincangan serius atara Bapak dan si Bung yang kemaren sore juga berbincang di tempat yang sama. Lama sekali mereka berdiskusi, tampak agak berdebat. “Saya sudah mengambil keputusan Bung..Saya katakan untuk terakhir kalinya pada anda..” “Tapi Pak..” si Bung menyela.. “Tidak Bung anda yang harus dengarkan saya. SAYA BUKAN KORUPTOR! Sebaiknya bung segera pergi dari kantor saya” tampak si Bung tersinggung dan pergi dengan muka merah karena amarah.

NB:
-Terinspirasi saat melihat pameran KPK kira-kira 3 minggu yang lalu.Cerpennya setengah jadi minggu lalu. Diselesaikan malam ini.. Fa dapat hadiah banyak lho..waktu ikut permainannya. Hohohoho…(pake kaca item bergaya :p)
- Foto..itu salah satu gift yang Fa dapet waktu liat pameran.
-Gak bermaksuf dipas-pasin dengan Hari Anti Korupsi..taunya juga tadi baca status temen di FB.. tapi.. Mulai katakan pada diri.. “Saya Bukan Koruptor”.

----------SELAMAT HARI ANTI KORUPSI!!!----------------

Selasa, 01 Desember 2009

“IKUTI JALAN TUHAN”



Sungguh jalan Tuhan sangat tak terduga. Pembuat skenario Maha Sempurna. Tak sampai akal ini akan menjangkaunya. Jika kau tanya keajaiban mana keajaiban Tuhan, mungkin ini salah satunya..


Dan saat aku berenggan-enggan melakukan sekaga macam persiapan pendaftaran, sahabat-sahabatku dengan tanpa pamrih dan tak hitung untung rugi,menguruskan semuanya. Lina dan Ratna, merekalah pahlawan tanpa tanda jasaku dalam hal ini. Saat Lina berteriak-teriak di kupingku untuk segera ngurus berkas pendaftaran..aku malah “mancal slimut” kalo orang jawa bilang alias menarik selimut dan tidur membiarkan dia ngomel. Semua diurus dia, afdruk foto, materai, sampai pada kertas lamaran, bolpoint dsb. Formulir, map dibelikan Ratna.. Lengkap..dikirim deh..by Kantor Pos Malang oleh Ratna juga. Hanya Gusti Pangeran yang bisa membalas kebaikan kalian Sahabat..


Sampai waktu ujian, Lina juga masih memompa semangatku..mengantarku sampai tempat ujian. Dan di tempat ujian..saat semua sangat bersemangat dan penuh harap. Ini lah yang aku lakukan..menulis di buku kecil..sebuah “notebook” dalam artian sebenarnya. Buku kecil yang sering aku menyebutnya “Pra Diary”. Dan inilah yang kutulis…

21 November ‘09

@ Gedung Sasana Budaya UM Malang

Lihatlah semua wajah-wajah ini. Ada yang penuh semangat membuka latihan soal-soal. Ada yang reuni dengan teman-teman semasa kuliah. Ada yang bertelepon dengan entahlah..karena reaksinya berbeda-beda. Dan aku sendiri?? Aku Cuma ingin mengamati mereka dan kutulis disini. He..he..kek gak niat aja ya ikut ujian CPNS ini?
Bagaimana ya..bukan seperti itu. Klo gak niat mah gak mungkin nyampe sini toh? Aku lebih suka menyebutnya,,”pasrah” (lempar batu sungai aja orang macam aku nich..!!). hati gw…(ahh..susah kali aku menjelaskannya). Aku malah membayangkan saat ini duduk di meja menghadap layer computer dan menulis cerita dari salah satu dari sekian peserta ujian disini. Kiaks!! Lebih asyik!! Lebih..mmm..”AKU”.
Percayalah..jika ada keajaiban terjadi nanti, itu hanya karena harapan, restu dan do’a Ibuku juga Do’a kakak-kakak aku. Hahaha…sebaiknya yang lain saja,mereka lebih berhak..karena mereka lebih berharap.
So..it’s me.

(-Tanpa skenario-)

Bukan aku tak bersyukur atas karunia Allah, tapi bingung benar-benar melandaku laksana disuruh memilih jalan. Seakan Tuhan memberi penegasan : “Pilih!!”. Tapi lihatlah senyum Ibuku..Tangis haru kakak-ku yang menelepon dari Mina. Tentang betapa kakakku ini telah sungguh berdo’a di Arofah agar aku ketrima PNS dan agar aku bisa jadi penulis seperti yang kuminta agar dia do’akan untukku. Masihkan aku ragu??? Bantuan untuk mengurus kelengkapan yang luar biasa tak kuasa aku membalasnya (Thape-Udin- tuh namamu kesebut Bro, no 1 lagi..wkwkwkwk..) dan mas Agus, kalian Pahlawan cui.. Nasehat beberapa sahabat (Lina, Ratna, Galih, Indah,Dhinik, Febri), dukungan berupa tenaga, juga semangat dari yang lain (Ella, Andra, Mas Dofi’, Bagus, Vidi, Bang Er, Naila –Betty-, Mbak Layla,.. semua (duh banyak banget sih..Alhamdulillah)…maaf tak disebutin satu-satu). Dan juga dukungan teman-teman kerja yang luar biasa.. Partnerku Henny..yang mengatakan padaku “Ikuti Jalan Tuhan ceng..” thx for all, I love u ceng... don’t cry for me..(haduh..fafa lebay duech) and smile ceng.. And you know ceng? You are special, that’s true.. and don’t hear what people says.. untuk ketiga Asistan ku Wahyu, Vinda dan Sulis.. sayang banget sama kalian. Mbak Yovi, Pak Yan, Mbak Desi, Ellya, Mbak Metty, Mbak Nina, Mbak Indah..Atas semua-mua.. untuk assistant chemical.. (hahaha…hamper gak kesebut) dan Untuk semua teman-teman departemen lain yang ngasih selamat (Kak Ika, Pak Muslimin, Mbak Ani, Pak Pahda, Pak Yonathan..waduh buanyak banget pokok-e..semua deh,…). Dan untuk Manager-ku Giovanni Sanjaya, ..untuk ilmu, dan pelajaran hidup yang sangat berharga.

Fa belum ingin mengucapkan selamat tinggal..Hanya ingin toreh kenangan indah sisa-sisa waktu bersama kalian Guys.. Ini Masih ucapan terima Kasih.. dan teringat kata-kataku sendiri pada Lina sewaktu itu.. “Jika nanti terjadi keajaiban aku diterima Cece.. berarti Allah yang memilihkan jalan untukku”. Aku percaya..takkan ada yang sia-sia.
Perjalanan belum usai. Usaha belum sampai..

Ayah..dengarkan.. “Kumampu penuhi maumu”, Mas Alek..”Ini aku, Adikmu” Nyoe,..andai kau disini..mungkin ini yang akan kau katakan (selalu seperti dulu) : “Hanya ada satu kata nduk, LAWAN!!!




NB:
- Makasih Ibu..
- Makasih Kakak-kakak ku..
- Makasih semua
- Untuk para penikmat cerpen..maaf, ditangguhkan dulu karena kejadian ini, atas dukungan lewat sms, telpon dan komen yang memacu untuk terus menulis.. thx..
- Untuk yang bertanya..”Blog mu itu Diary, Curhat, ato Tulisan sih?” maka..aku hanya bisa menjawab.. “aathena adalah negeriku
- Judul Foto “My Pra Diary”, Tulisan tanganku emang jelek..jadi jangan komentar.