Selasa, 22 Desember 2009

Kulintasi Semesta


Bau solar ini sangat menyengat. Goncangan bus semakin mengocok perutku. Sekarang aku hanya bisa mengutuki diriku sendiri, menyesal mengisi perutku hanya dengan secangkir kopi pagi ini. Matahari pagi ini juga terik. Menyeruak seakan marah menembus kaca bus. Kutarik tirai yang berwarna merah maroon, warna yang tak biasa untuk ukuran bus ekonomi (begitu pikirku). Bus berhenti di lampu merah, dan kulihat seorang pedagang asongan naik. Bukannya segera menjajakan dagangannya, tapi malah duduk di bangku yang kosong.
Sepagi ini wajahmu telah lelah
Jiwa tak boleh goyah
Ayo terus langkah
Tendang keluh kesah
Bukan saatnya menyerah
Ingin kukatakan narasi ini padanya, ahh..tapi apa ya dia mengerti? Aku tertawa sendiri. Lalu kembali gelisah..ini bus lama sekali. Kulihat jam yang ada di HP-ku, dan pada saat itu pula HP itu bergetar. 1 message received, kubuka dan kubaca.
kau sampai mana? Kira-kira nyampai jam berapa?
Sedikit panik aku mengetuk-ngetuk kakiku. Mengetik sort message setelah menekan tombol reply. Belum sampai satu kalimat kuhapus lagi semua yang sudah aku tulis. Mengetuk-ngetukkan tanganku ke pangkuanku sendiri sekarang. Berpikir apa yang harus kukatakan atas keterlambatanku kali ini. Ahh…sekarang tak hanya perutku yang ku kutuki, tapi ini juga. Kuputuskan untuk menelpon saja.. agak ragu aku memencet nomor yang tadi mengnirimiku sms. Nada sambung…dan akhirnya diangkat. “hallo,kau dimana?” kata suara disana kepadaku. “Dengar..sepertinya aku harus jujur padamu. Aku terjebak macet. Dan sekarang masih di dalam bus menuju kesana. Kau marah?” tanyaku tak lebih dari harapan. “Kau tenang saja, pastikan saja kau datang tepat waktu. Semua tergantung dirimu sendiri. Oke?” “aku mengerti maksudmu, aku berusaha.. dan sekarang aku hanya bisa berharap Tuhan memberiku sedikit waktu” kututup teleponku tanpa berpamitan. Aku tahu tak akan ada yang tersinggung dengan itu. Kami sudah terbiasa seperti itu. Apalagi dalam keadaan gusar seperti ini.
Waktu..
Hentilah sejenak untukku
Beri aku ruangmu
Demi itu…
Bus sudah lepas dai kemacetan. Tapi hatiku tak mau berhenti berdetak galau. Tuhan..tolong aku… (aku berdo’a lirih hampir terdengar samar). Penumpang disampingku keliatan ikut tak nyaman melihat keresahan yang tampak olehku. Kulihat keinginannya untuk mengajakku berbicara. Tapi aku mengelak dengan membuang pandanganku keluar jendela. Maaf..aku sedang tak ingin mengobrol. Aku hanya akan terdengar konyol dalam keadaan marah karena frustasi semacam ini. Kenek bus meneriakkan nama sebuah terminal. Aku terhenyak bangkit dan langsung bersiap di pintu keluar.
Jangan!
Jangan pergi dulu.
Ini aku
Berlari mengejarmu
Berhenti disitu.
Hentikan sejenak langkahmu
Samakan dengan langkahku
Begitu bus berhenti, aku segera berhambur turun dan berlari menuju depan peron terminal. Kupencet tombol redial di HP-ku. Langsung diangkat.. “Aku sampai” aku menyela sebelum orang diseberang sana bicara. “hampir telat” katanya. “tapi aku tidak telat kali ini” jawabku bangga terlebih lega. “Tak semudah itu, kau harus lebih baik dari itu” katanya, “Maksudmu?” tanyaku mulai tak sabar dan mulai marah. “Sabar..bukankah kita sudah sepakat?” tanyanya tak memerlukan jawaban. “Kita tak pernah menyepakati apapun” jawabku protes dan emosi. “ Kesepakatan tak harus di ucapkan kan? Dan kau bilang kau harus mendapatkan ini” aku tak tau ini pertanyaan atau pernyataan untukku. “Sudahlah! Katakan saja maumu. Lalu kita selesaikan” kataku hampir berteriak. “Kenapa kau lakukan ini?”tanyanya sedikit rapuh. “Aku tak punya alasan” jawabku. “Kau harus punya” jawabnya tak mau kalah. “ Akan kukatakan kalau kau menemuiku disini. Sekarang!!” aku sangat kesal dan marah, hampir kubanting HP di genggamanaku. Terdengar hening di seberang sana..beberapa saat kami tak saling bicara. Aku mulai menguasai keadaan. Lalu bertanya padanya..”Kenapa?” “Aku tak tahu” jawabnya. “Begini saja…” tut..tut..tut… nada terputus. Tak terdengar apapun dari benda sialan ditanganku itu. Kupencet radial lagi. Tak ada nada sambung, yang terdengar hanya rekaman suara menyebalkan operator yang memberi tahu untuk menghubungi nomor itu beberapa saat lagi. Aku mencari sandaran.. lama tatapanku kosong. Lalu kuketik sort message :
Kita sama tahu semua sudah berubah. Kita tak perlu alasan apapun. Aku disini tak kemana. Kembali kesini dan hadapi semua. Kau tahu harus mencariku kemana
Message sent….
-The End-
NB:
-Terinspirasi atas lembar ucapan terima kasih dari novel karangan Tamara Geraldine yang juga pernah kudengar dari seorang sahabatku. “kadang mengejar tujuan adalah dengan jalan berlari pulang” .
-Mungkin aku tak akan menemukan apapun disana, tapi disanalah aku mulai bermimpi..dan berharap disanalah kutemukan sisa mimpi-mimpiku.
-Judul foto –melintasi semesta-

Rabu, 09 Desember 2009

AKU BUKAN KORUPTOR

Pian mau iku lomba mewarnainya ma..”, Fian merengek manja pada mamanya yang pura-pura sibuk membaca surat kabar pagi. “Iya..nanti didaftarin ya sayang” jawab Mamanya mengintip dari balik kertas surat kabar yang hampir menutupi setengah tubuhnya yang mungil. “Asyik!!” Fian berhambur ke mamanya dan mengecup sayang pipi sang Mama. Surat kabar tak lagi berbentuk, kini mereka saling berpeluk.

Dalam sebuah ruangan kantor di suatu gedung tinggi bertingkat…

“Bagaimana Pak? Bukankah ini akan sangat menguntungkan?”
“ Ini Terlalu beresiko Bung..!”
“Ahh..tidak seberat itulah Pak. Ini aman..semua bakal lancar. Bahkan semua pihak tak ada yang bakal merasa dirugikan dalam hal ini pak.”
“Entahlah Bung, saya sangat paham apa yang Bung maksudkan. Tapi…”
“Bapak tak usah khawatir, tak akan nama Bapak terseret jika ini terbongkar kan?”
“Memang..,saya tau..tak ada hitam di atas putih. Tapi saya bakal ikut andil juga meski kecil kan Bung?”
“Bagaimana kalau Bapak bawa dan pelajari berkas ini dulu?”
“Saya…”
Kau auraku..memancarkan…bunyi hand phone dari si Bapak berbunyi, semua terhenyak kaget meski ditutupi. Layaknya ketahuan sedang mencuri cucian tetanggga yang busuk baunya.
~Istriku~ , terpampang pada layar hand phone tersebut.
“Ya..Hallo mama..”
“Iya..ya…maaf ya Ma, Papa gak bisa nganterin…nanti kita cerita di Rumah ya Ma. Papa masih ada rapat.”
“Okey Mama..hati-hati ya..”
Perbincangan basa-basi berlanjut di ruangan itu. Beberapa lama kemudian terlihat si Bapak menerima berkas-berkas dari tangan si Bung. Pertemuan berakhir sore itu.

Di lantai dasar sebuah Mall yang terkenal di kota kecil itu..

“Hayo..sapa yang tau artinya korupsi?” tanya pemandu acara kepada sekitar 43 peserta lomba mewarnai usia 4-6 Th rangka pameran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang namanya melambung tinggi di jagat kekisruhan tanah air saat ini. Sebagian besar peserta lomba mewarnai itu berebut angkat tangan dan berteriak-teriak..”Aku tau..!! Aku tau..!!”. Pemandu acara kesulitan memilih siapa yang ditunjuk, tapi dengan mempergunakan permainan. Maka terpilihlah satu yang menang, dan anak itulah yang menjawab. Dengan polosnya, si anak menjawab “Koryupsiy….alrtinya…mencuryi…kak!!” jawab si kecil yang polos itu. “Ada yang pernah mencuri gak disini?” tanya si pemandu acara kepada forum itu. “Tidak…!!!!” jawab anak-anak itu serempak. “Bagus..,gak boleh mencuri ya.. mencuri apa saja lho ya.. Kalau memang pengen sesuatu bisa minta sama Mama dan Papa..Okey?!” sebagian forum mengangguk..sebagian kecil berteriak “Ok!!” dan sebagian kecil lainnya tampak diam tersipu-sipu..(ahh…tak tau apa yang mereka pikirkan). “Baik adek kecil..sapa namanya dek?” tanya pemandu kepada si anak yang tadi maju ke depan untuk ditanyai. “Pian Kak!” jawan si anak malu-malu. Si pemandu melihat nama peserta yang di pasang di baju si anak..”Ooo…Fian…, karena Fian sudah bisa menjawab pertanyaan kakak. Fian dapat hadiah.. Selamat ya Fian…” “Terima kasih kak…” Fian menerima hadiah girang dan bangga. “Fian kok pinter banget sih sampai tahu artinya korupsi? Kalo boleh kakak tahu sapa yang ngajarin?” sambil melirik memandang mamanya, fian menjawab “Mama…” katanya malu-malu sambil menunjuk mamanya. “Wah..Mama nya Fian pinter donk berarti…” “Iyah..,waktu liat tipi..Fian nanya sama Mama..” “Ooo…begitu..” para penonton tersenyum gemas. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan permainan dan pengumuman hasil pemenang lomba mewarnai. Meski tak menang, hari itu..Fian masih mendapat bingkisan dari panitia dan telah membuat bangga Mamanya. Dan memberikan pelajaran berharga bagi sebagian yang lain.

Di rumah..

“Tadi bagaimana acaranya Ma?” Tanya Papa. “Acaranya seru Pa, Ada permainannya untuk orang dewasa juga. Setiap permainan dapat gift yang lucu” “Mama ikut juga gitu?” “Mama ikut-ikutan aja Pa.. yang nglempar panah itu..” “ Fian gimana Ma?”, mama Cuma tersenyum dan melirik sang anak yang sedang sibuk bermain dengan mobil-mobilan di pojok ruangan. “Gak menang Pa.., hahaha..” “oo…gitu, gapapa kan tapi dia?” “Tuh liat sendiri..Mama liat baek-baek aja” “Baguslah kalo gitu”. Masing-masing kemudian sibuk dengan fikiran masing-masing. Beberapa menit kemudian Papa pergi ke ruang makan tapi tak lama kemudian kembali lagi. “Mama..,mama lihat camilan yang kemaren Papa taruh di Toples ndak Ma?” “Yang mana Pa?” jawab mama mengingat-ingat. “Fian..,dek..liat cemilan Papa di meja makan ndak?” tanya Papa pada Fian. “ Enggak Papa..Pian kan bukan koryuptor” jawab Fian menggemaskan acuh tak acuh sambil membenarkan roda mobil-mobilannya yang lepas. Pama dan Mama saling berpandangan dan kemudian tertawa keras bersamaan. “Pintar sekali anakmu itu Ma” kata Mama pada istrinya. “Anak siapa dulu…” jawab Mama membanggakan diri. “Kok korupsi sih Fian? Papa kan nanya kue..barangkali saja Fian makan..” Kata Papa kemudian pada Fian. “ Kalo ngambil gak ijin Mama kan namanya menculi Pah..Menculi kan sama kayak koryupsi.., iya kan Ma?” tanya Fian bingung. Mama menghampiri Fian dan mengecup kening sang anak..sambil berkata “Benerr..sayang..Fian pinter deh” Papa tampak tertegun, memegangi perutnya yang kini terasa melilit. “Papa lapar ya? Kayaknya kue itu udah Mama kasihkan si Narti Pa.., kemaren ada temennya main kesini. Maaf ya Pa?” “oo..gitu, Nggak papa Ma..tadi teringat saja kue itu.Papa pikir daripada gak kemakan mau Papa makan. Papa istirahat dulu kalo gitu Ma.. Besok harus berangkat pagi” “Iya Pa..Mama mau menidurkan Fian dulu. Ayo sayang.. Udah waktunya tidur” Papa bergegas ke kamar tidur..Tak segera dia bisa terlelap. Lama dia berfikir, lalu tersenyum dan mulai memejamkan mata.

Kesokan hari di kantor yang sama…

Terlihat perbincangan serius atara Bapak dan si Bung yang kemaren sore juga berbincang di tempat yang sama. Lama sekali mereka berdiskusi, tampak agak berdebat. “Saya sudah mengambil keputusan Bung..Saya katakan untuk terakhir kalinya pada anda..” “Tapi Pak..” si Bung menyela.. “Tidak Bung anda yang harus dengarkan saya. SAYA BUKAN KORUPTOR! Sebaiknya bung segera pergi dari kantor saya” tampak si Bung tersinggung dan pergi dengan muka merah karena amarah.

NB:
-Terinspirasi saat melihat pameran KPK kira-kira 3 minggu yang lalu.Cerpennya setengah jadi minggu lalu. Diselesaikan malam ini.. Fa dapat hadiah banyak lho..waktu ikut permainannya. Hohohoho…(pake kaca item bergaya :p)
- Foto..itu salah satu gift yang Fa dapet waktu liat pameran.
-Gak bermaksuf dipas-pasin dengan Hari Anti Korupsi..taunya juga tadi baca status temen di FB.. tapi.. Mulai katakan pada diri.. “Saya Bukan Koruptor”.

----------SELAMAT HARI ANTI KORUPSI!!!----------------

Selasa, 01 Desember 2009

“IKUTI JALAN TUHAN”



Sungguh jalan Tuhan sangat tak terduga. Pembuat skenario Maha Sempurna. Tak sampai akal ini akan menjangkaunya. Jika kau tanya keajaiban mana keajaiban Tuhan, mungkin ini salah satunya..


Dan saat aku berenggan-enggan melakukan sekaga macam persiapan pendaftaran, sahabat-sahabatku dengan tanpa pamrih dan tak hitung untung rugi,menguruskan semuanya. Lina dan Ratna, merekalah pahlawan tanpa tanda jasaku dalam hal ini. Saat Lina berteriak-teriak di kupingku untuk segera ngurus berkas pendaftaran..aku malah “mancal slimut” kalo orang jawa bilang alias menarik selimut dan tidur membiarkan dia ngomel. Semua diurus dia, afdruk foto, materai, sampai pada kertas lamaran, bolpoint dsb. Formulir, map dibelikan Ratna.. Lengkap..dikirim deh..by Kantor Pos Malang oleh Ratna juga. Hanya Gusti Pangeran yang bisa membalas kebaikan kalian Sahabat..


Sampai waktu ujian, Lina juga masih memompa semangatku..mengantarku sampai tempat ujian. Dan di tempat ujian..saat semua sangat bersemangat dan penuh harap. Ini lah yang aku lakukan..menulis di buku kecil..sebuah “notebook” dalam artian sebenarnya. Buku kecil yang sering aku menyebutnya “Pra Diary”. Dan inilah yang kutulis…

21 November ‘09

@ Gedung Sasana Budaya UM Malang

Lihatlah semua wajah-wajah ini. Ada yang penuh semangat membuka latihan soal-soal. Ada yang reuni dengan teman-teman semasa kuliah. Ada yang bertelepon dengan entahlah..karena reaksinya berbeda-beda. Dan aku sendiri?? Aku Cuma ingin mengamati mereka dan kutulis disini. He..he..kek gak niat aja ya ikut ujian CPNS ini?
Bagaimana ya..bukan seperti itu. Klo gak niat mah gak mungkin nyampe sini toh? Aku lebih suka menyebutnya,,”pasrah” (lempar batu sungai aja orang macam aku nich..!!). hati gw…(ahh..susah kali aku menjelaskannya). Aku malah membayangkan saat ini duduk di meja menghadap layer computer dan menulis cerita dari salah satu dari sekian peserta ujian disini. Kiaks!! Lebih asyik!! Lebih..mmm..”AKU”.
Percayalah..jika ada keajaiban terjadi nanti, itu hanya karena harapan, restu dan do’a Ibuku juga Do’a kakak-kakak aku. Hahaha…sebaiknya yang lain saja,mereka lebih berhak..karena mereka lebih berharap.
So..it’s me.

(-Tanpa skenario-)

Bukan aku tak bersyukur atas karunia Allah, tapi bingung benar-benar melandaku laksana disuruh memilih jalan. Seakan Tuhan memberi penegasan : “Pilih!!”. Tapi lihatlah senyum Ibuku..Tangis haru kakak-ku yang menelepon dari Mina. Tentang betapa kakakku ini telah sungguh berdo’a di Arofah agar aku ketrima PNS dan agar aku bisa jadi penulis seperti yang kuminta agar dia do’akan untukku. Masihkan aku ragu??? Bantuan untuk mengurus kelengkapan yang luar biasa tak kuasa aku membalasnya (Thape-Udin- tuh namamu kesebut Bro, no 1 lagi..wkwkwkwk..) dan mas Agus, kalian Pahlawan cui.. Nasehat beberapa sahabat (Lina, Ratna, Galih, Indah,Dhinik, Febri), dukungan berupa tenaga, juga semangat dari yang lain (Ella, Andra, Mas Dofi’, Bagus, Vidi, Bang Er, Naila –Betty-, Mbak Layla,.. semua (duh banyak banget sih..Alhamdulillah)…maaf tak disebutin satu-satu). Dan juga dukungan teman-teman kerja yang luar biasa.. Partnerku Henny..yang mengatakan padaku “Ikuti Jalan Tuhan ceng..” thx for all, I love u ceng... don’t cry for me..(haduh..fafa lebay duech) and smile ceng.. And you know ceng? You are special, that’s true.. and don’t hear what people says.. untuk ketiga Asistan ku Wahyu, Vinda dan Sulis.. sayang banget sama kalian. Mbak Yovi, Pak Yan, Mbak Desi, Ellya, Mbak Metty, Mbak Nina, Mbak Indah..Atas semua-mua.. untuk assistant chemical.. (hahaha…hamper gak kesebut) dan Untuk semua teman-teman departemen lain yang ngasih selamat (Kak Ika, Pak Muslimin, Mbak Ani, Pak Pahda, Pak Yonathan..waduh buanyak banget pokok-e..semua deh,…). Dan untuk Manager-ku Giovanni Sanjaya, ..untuk ilmu, dan pelajaran hidup yang sangat berharga.

Fa belum ingin mengucapkan selamat tinggal..Hanya ingin toreh kenangan indah sisa-sisa waktu bersama kalian Guys.. Ini Masih ucapan terima Kasih.. dan teringat kata-kataku sendiri pada Lina sewaktu itu.. “Jika nanti terjadi keajaiban aku diterima Cece.. berarti Allah yang memilihkan jalan untukku”. Aku percaya..takkan ada yang sia-sia.
Perjalanan belum usai. Usaha belum sampai..

Ayah..dengarkan.. “Kumampu penuhi maumu”, Mas Alek..”Ini aku, Adikmu” Nyoe,..andai kau disini..mungkin ini yang akan kau katakan (selalu seperti dulu) : “Hanya ada satu kata nduk, LAWAN!!!




NB:
- Makasih Ibu..
- Makasih Kakak-kakak ku..
- Makasih semua
- Untuk para penikmat cerpen..maaf, ditangguhkan dulu karena kejadian ini, atas dukungan lewat sms, telpon dan komen yang memacu untuk terus menulis.. thx..
- Untuk yang bertanya..”Blog mu itu Diary, Curhat, ato Tulisan sih?” maka..aku hanya bisa menjawab.. “aathena adalah negeriku
- Judul Foto “My Pra Diary”, Tulisan tanganku emang jelek..jadi jangan komentar.

Selasa, 24 November 2009

“Kuambil 7 Kesedihanmu dengan 7 Nada”


Waktu sudah menjelang petang saat aku meninggalkan kantorku sore itu. Hanya tinggal beberapa orang yang masih menyelesaikan sisa kerjanya. Aku sendiri sengaja pulang telat, menunggu waktu maghrib agar sekalian aku tunaikan kewajibanku sebelum aku kehilangan waktuku di jalan. Kulangkahkan kakiku gontai di pinggiran kota yang terlihat usang. Beberapa orang yang mengenalku bertegur sapa kepadaku dan kubalas seramah mungkin. Aku harap senyumku masih terasa tulus pada hati mereka. Sesaat langkahku berhenti saat sampai di persimpangan jalan. Kuamati wajah-wajah muda yang mengatasnamakan “ekspresi jiwa” sedang berlalu lalang dan bergerombol di salah satu sudut jalan. Pakaian serba hitam, anting yang berderet, dandanan yang khas dan penuh pernak-pernikdan sedikit terlihat gothic. Aku tersenyum kecil, karena terlintas sebentar dalam pikiran konyol agar bisa mengambil beberapa foto bersama mereka. Ahh..,tapi nanti malah disangka aku menyinggung mereka. Lalu pandanganku beralih ke rambu jalan, maksud hati ingin memperhatikan lampu traffic untuk menyeberang. Akan tetapi pandanganku teralih oleh penunjuk arah kemana kota yang akan dituju di masing-masing arah jalan dipersimpangan itu. Ada tiga nama kota.., kali ini aku terpana. Ketiga nama kota yang entah kenapa masuk meresap pada pikiranku. Kuhela nafas dalam, lalu menhampiri halte bus.

Jam pulang kantor memang sudah lewat, jadi aku dapat bus yang aku dapat agak lengang. Akupun leluasa memilih tempat duduk. Dan kujatuhkan pilihan pada dua bangku kosong sebelah kiri di bagian belakang. Kuhempaskan tubuhku, dan kupandangi lampu-lampu disepanjang jalan lewat kaca. 15 menit kemudian bus mulai memasuki jalan yang mendaki karena hendak melewati sebuah jembatan yang cukup tinggi. Pemandangan berganti layak sebuah lukisan. Laksana bintang yang ditaburkan pada hamparan dedaunan di hutan. “Subhanallah..”, takjub selalu aku setiap kali melihat pemandangan ini.

Hari sudah gelap saat bus berhenti di sebuah pasar yang cukup ramai untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sekelompok pengamen jalanan yang aku dan mungkin mereka sendiri lebih suka menyebut diri mereka “seniman jalanan” ikut naik bersama beberapa penumpang baru. Sering aku berpapasan dengan mereka saat berangkat atau pulang kerja. Dan dari pengamatan pula aku bilang mereka seniman jalanan. Bukan pengemis yang bernyanyi sumbang tanpa memperhatikan seni. Mungkin mereka sebenarnya tak peduli mereka dibayar atau tidak asalkan suara mereka didengar. Sebuah ketipung, dua buah gitar, sebuah biola, serta suara merdu tinggi agak serak semacam suara Ipang. Perpaduan yang klasik menurutku.., sangat akustik. Ada yang memandang sinis, ada yang buru-buru menyiapkan uang receh, ada yang tak sabar menantikan mereka beraksi..lalu aku sendiri..masih terbawa dengan ketiga nama kota yang kulihat dipersimpangan jalan tadi, melemparkan pandangan keluar lewat kaca. Sedangkan yang terlihat kini hanya hitam dan pantulan bayanganku sendiri.

Sebuah lagu dinyanyikan, tentang kota tua..tentang kota kenangan..tentang masa lalu. Aku tertunduk.., mulutku lamat-lamat ikut bernyanyi dan mendendangkan musik yang mereka nyanyikan. Aku trenyuh..hatiku goyah, aku laksana kapal karam. Lalu mereka menyanyikan lagu kedua, kali ini tentang cinta, tentang harapan yang tak pasti. Aku tak kuasa..kali ini menetes air mataku, semakin kutundukkan mukaku. Tak boleh ada yang tau.. tapi sebelum lagu itu selesai musik berhenti, tiba-tiba sunyi..semua bingung, begitu juga aku. Kualihkan pandangan mataku ke para seniman jalanan ini. Tak kusangka, wajah mereka menatapku semua. Seakan menanti reaksiku, ku ajukan pandangan mata bertanya “knapa?” tapi tanpa keluar suara. Sang vokalis yang sekaligus pegang gitar tersenyum.. “Ssssttt…dengar”, ketipung mulai berdendang..diikuti suara gitar..irama menghentak riang. Biola laksana penari balet yang sedang meloncat girang. Sebuah lagu yang tak kukenal.. tak juga kuingat apa syairnya. Tapi mungkin sedikit kuingat isinya. “Tentang gadis berkerudung merah, tentang senyum yang dia lihat sore kemaren. Tentang sapaan ramah saat berjumpa. Tentang semangat mereka ingin mengenalnya. Tentang keindahan dunia. Tentang sebuah do’a. Tentang keyakinan akan datangnya kebahagiaan.” Lagu yang menyenangkan, aku tersenyum sambil manggut-manggut mengikuti nada. Kupandang sekelilingku..kulihat beberapa pasang mata memandangku. Aku bingung, seorang ibu-ibu tersenyum kearahku. Seorang gadis cantik cemberut kearahku. Seorang lelaki muda malu-malu memandangku. Tiba-tiba aku tersadar..kutatap mata sang vokalis.., dia cuek saja. Tapi teman-temannya mulai tersenyum dan tertawa. Akhirnya kami semua tertawa, karena hanya aku yang berkerudung merah di bus itu. Diakhir lagu kulamatkan sebuah kata pada mereka, “thx..” mereka mengangguk lalu menghampiriku. Tempat lengang dalam bus membuat mereka luluasa untuk duduk bergerombol mendekatiku. Takut..tentu itu reaksi pertamaku. Sampai kudengar tutur santun mereka. Aku lebih merasa aman dari pada sendiri. “Untukmu”, kata sang vokalis sekaligus gitaris itu. Aku hanya tersenyum dan tertawa. “Kalian bisa saja! Turun mana?” Tanya ku.. “Halte berikutnya, kau masih sedih?” Tanya sang vokalis lagi.., teman-temannya nimbrung ber haaa…huuu..sambil cekikikan. “Thx..” hanya itu yang kuucapkan. “Kalo kau masih sedih, biar kuambil sekarang 7 kesedihan mu dengan 7 nada. Kusimpan dalam tabung gitarku ini”, katanya sambil menunjukkan lubang di gitarnya. Aku tertawa bersama yang lain. Lalu dia berlagak konyol..seperti menangkap kupu-kupu, lalu berlagak menangkap lalat..dan juga berlagak menembak burung. 7 kali dia beraksi konyol..sambil setiap seakan setelah menangkap sesuatu disekitarku dia seperti memasukkan sesuatu pula ke lubang gitarnya, kami tertawa cekikikan sampai terjungkal-jungkal. Lalu kenek bus meneriakkan nama pemberhentian berikutnya. Bergegas mereka menuju pintu belakang bus yang tak jauh dari tempat dudukku. “Hati-hati” kata dua orang diantara mereka, hamper bersamaan. “Yups..,sma-sama” jawabku. “Hei!! Knapa hanya 7 kesedihan ku? Dan kenapa hanya 7 nada?” tanyaku pada sang vokalis yang berambut nyentrik itu. “Karena setelah nada ke-7..akan kembali lagi ke nada pertama. Begitu seterusnya, kau tak akan sadar, kesedihanmu akan hilang saat kau berhenti bernyanyi.” Katanya menoleh padaku. Lalu melenggang turun dari bus bersama teman-temannya.

Sampai aku hempaskan tubuhku di tempat tidur..kurenungi kata-katanya. Lalu aku mengerti.. “do-re-mi-fa-so-la-si.. lalu kembali ke do” aku tersenyum..lalu merapatkan selimutku berdo’a. Untukku sendiri, untuk Bunda dan Ayahku, dan untuk orang-orang yang kusayangi. Semoga bisa kulebur duka mereka dengan 7 nada dariku.

_Based on True Story_

NB:
- Terima kasih kepada pengamen antara Purwosari-Malang PP yang memberi inspirasi. Karena yang memberi kata-kata “Kuambil 7 kesedihanmu dengan 7 Nada” dengan yang menyanyikan lagu khusus buatku sebenarnya bukan satu pengamen yang sama. Hanya demi cerita,semoga kalian mengerti teman.
- Aku gak pernah bertemu lagi dengan pengamen yang mengatakan kata-kata ajaib itu padaku, but You’re Rock Man!!!
- Buat seniman jalanan yang menyanyikan sebuah lagu khusus buatku kapan hari..”So sweet…” kalian benar2 seniman!!
- Aku bingung nich dikasih label cerpen ato apa ya??? Tapi Karena emang niatnya fa pengen cerita. Dan gak lebih dari 2 halaman A4, jadi kasih label cerita aja ya?? Masih termasuk “Cerita Puendek” kan??? Huhuhu…
- Foto hanya ilustrasi.., tapi ini pengamen suaranya mirip2 Ipang loh…

Sabtu, 21 November 2009


Malang, 21 November 2009

Surat untuk kakak tersayang..

Dear kakak,
Aku tau.. hari ini seharusnya aku menemuimu. Tapi aku tak kuasa menolak takdir. Harus kuredam rasa rindu ini, demi kewajiban dan sebuah amanah. Bukankah kakak sendiri yang bilang, kita harus percaya pada mimpi?? Bahwa kita harus jadi orang yang dapat dipercaya? Hari ini..dimana sebenarnya bisa saja aku berlari menuju kearahmu. Dimana bisa kudengar nyata suaramu, aku menolaknya. Walau hatiku perih dan kalut. Aku percaya, kaupun juga tak inginkan aku seperti itu.
Pun demi Bundaku tercinta, dimana telah kukatan niatku datang kekota ini dulu. Dan kini aku berusaha untuk tak khianati do’anya untukku.
Kakak.., seandainya kau baca surat ini. Dengarkan aku sekali saja..Meski hanya melihatmu dari jauh. Meski bahkan kau tak tau aku ada. Kau harus tahu..aku ingin bertemu. Aku yakin Allah akan memberikan waktu dan pertemuan yang lebih indah untukku. Dan aku juga yakin, kakak akan tersenyum bahagia membaca surat ini. Karena dukunganku padamu tak pernah dikalahkan jarak dan waktu.

Wassalamu’alaikum..Warrohmah…Wabarokah…

Fa-



NB buat para blogger yang baca:

1. Ini hanya gurauan semata…refresh sebentar agar nulis ceritanya berdistribusi normal (**kaburr…, takut ditimpuki para statistikawan sejati )
2. Jangan ketawa buat yang tau siapa tokoh kakak dalam surat ini, sssttttaaaahhh…..ngeri kan?? (hahaha…ketawa-ketiwi sampe guling-guling)
3. Bos gw marah2 mulu dari kemaren?? Ckckckc…bozzz…sabar…saya hadir kok. Mau jajan? Nich..”cekeremes..” lumayan, ganjal peyut yang gak keisi dari pagi. Tapi satu jumput aja buat bos.. :p

Rabu, 18 November 2009

Kuberi Dia Nama “Haikal”

Ikal..Ikal..!!! (wanita paruh baya itu setengah berlari mengejar sosok bayangan yang sekelebat tampak di depannya). Begitu banyak orang di Mall ini,hari libur di kota tak memberikan banyak ruang untuk melepas dari rutinitas sehari-hari selain Mall. “Aku tak mungkin salah lihat..” batin tante Lis. “Aku harus bertemu dengannya” ucapnya lirih. “Kau dengar ada yang memanggilku tadi? Sepertinya aku mendengar namaku dipanggil” Tanya Haikal pada Rani yang sedang memilih-milih tas. “Hmm?? Aku gak denger..?? yang ini bagus gak?” jawab Rani. “Oh..,mmm..aku lebih suka yang cokelat tadi” jawan Haikal. “Tapi lebih cerah yang warna kuning..bagaimana?”Tanya Rani lagi. “Aku rasa begitu juga..” jawab Haikal tersenyum. “Haikal!! Kau haikal kan? Masih ingat tante?” suara tante lis mengejutkan Haikal. “Tante??!! Sendirian??” Haikal langsung berdiri dan matanya terkejut, tapi penuh harap. “Ya Tuhan, ini benar kau..kemana saja kau nak? Kenapa lama sekali tak main kerumah?” kata tante Lis tak menjawab pertanyaan Haikal. “Iya tante.., waktu itu sibuk kuliah. Tante sendirian kesini?”haikal tetap pada pertanyaannya. “Tidak, tante bareng Sefi..tapi dia tadi masih keliling-keliling” jawab tante Lis hati-hati sambil memperhatikan Rani yang kini berdiri disamping Haikal. “Pacarmu Kal?” Tanya tante lis lebih lanjut. “Hmm..iya Tante kenalkan, ini Rani..RAni ini Tante Lis, mama nya temenku. “Tuhan..berikan aku hidup…satu kali lagi…” bunyi HP tante Lis. “Tante harus pergi Kal..ada urusan. Kapan-kapan maenlah lagi ke rumah. Ajak pacarmu ini” kata tante Lis sambil tersenyum ramah pada Rani. “ Makasih Tan..”,jawab Haikal dan Rina hampir bersamaan. Sepasang mata menatapa Haikal dari kejauhan. Pucat wajahnya, menjadikan dia semakin tampak seperti patung porselen. Nanar matanya, dan tangannya bertautan di depan dada seperti mencoba menghentikan debar jantungnya sendiri. Tapi nampaknya dia gagal, karena tangan itu bergetar. “Tidak seperti ini Kal..kau tidak boleh melihatku dalam keadaan seperti ini” Katanya lirih setengah berdo’a.

2 tahun kemudian…

“Ini takkan berhasil” Kata Sefi sambil beleparkan pandangannya jauh ke langit. “Tidakkah kau memikirkan anak kita?!?” Kata Pram lelah menahan emosi. “Anakku Pram!!Cam kan itu!!” Kali ini Sefi menatap Pram tajam. “Masih juga kau tak memaafkan aku Fi?!” jawab Pram dengan mata nanar marah. “Hah?!Tak ingatkah kau pernah lari dari tanggung jawab Pram?? Apakah kau lupa pernah mengingkari kami??”Sefi berkata datar penuh dendam. “Aku mau cerai!” Kata Sefi kemudian.. “Sefi!!!” Kali ini Pram berdiri,tangannya mengepal menahan emosi. “Kau juga menginginkan ini kan Pram?? Kau tak pernah mencintaiku. Kau hanya terpaksa menikahiku. Kalau tidak..,kau tak mungkin selingkuh sekarang dengan siapa namanya wanita itu??? Ahh!! Tak penting buatku!” Sefi menatap Pram sambil berkaca-kaca. Pram kikuk..berkali-kali dia ingin bicara. Tapi tak ada yang keluar dari mulutnya.

3 bulan berselang..

“Sefi..?Hallo..Haloo…still there?” suara diseberang saluran telpon. “Hmm? Yah..apa kabarmu Kal? Jawab Sefi. “Aku mau ke German Fi.., aku tak sabar memberi tahu kamu begitu menerima kabar beasiswaku, kau ingat??? Aku pernah bercerita padamu kan?? Kau ingat??!!??” kata Haikal penuh semangat. “ Waahh…selamat!selamat!! Jadi..Kapan kau berangkat?” Tanya Sefi.. “Tiga hari lagi” kata Haikal. “Aku tau kau bisa Kal” kata Sefi lagi.. “Bagaimana kabarmu Sef?” Tanya Haikal. “Ada yang ingin kuceritakan padamu Kal, tapi kau jangan kaget mendengarnya” kata Sefi memberanikan diri sendiri, tangannya mulai gemetar. “ Apa??! Kau kenapa??” Tanya Haikal tak sabar. “ Aku sudah punya anak Kal” kata Sefi sambil menahan nafas dan menahan air mata. “ Ap..kau..kau..bercanda kan Sef?” Tanya Haikal yang kebingungan. “Tidak, aku punya anak. Itu benar” kata Sefi. “ Aku tak mengerti Sef..knapa kau tak kabari aku saat kau menikah Sef? Tanya Haikal memprotes. “ Tidak Kal..,semua terjadi karena kebodohanku. Aku bahkan sudah bercerai.” Kata Sefi.. Hening..
“Kau tak apa Sef..??” Haikal hanya mampu mengeluarkan pertanyaan itu. “Aku baik-baik saja, Aku punya anakku sekarang Kal..” kata Sefi lirih. “Kal..aku minta maaf, tak ijin kau dulu. Tapi aku namakan anakku seperti namamu. “Haikal”..” kata Sefi kemudian. “Sefi…” kata Haikal menggantung. “ Tentu saja tak apa” katanya kemudia seakan meralat apa yang belum sempat dia ucapkan. “Kapan-kapan mainlah ke rumah lagi..ajak pacarmu itu. Kukenalkan kau pada anakku. Surga hidupku sekarang Kal..” kata Sefi kali ini dengan semangat. Dalam fikirannya terbayang senyum Ical yang manis. “Akan aku usahakan sebelum aku berangkat ke German Sef” kata Haikal sedikit lega mendengar nada Sefi yang semangat. “Aku harus menjemput Ical pulang sekolah Kal..” kata Sefi. “Hmm..iya, kau harus baik-baik saja Sef..” kata Haikal kemudian. “ Pasti!Pasti! Ada Ical sekarang Kal..” kata Sefi optimis. Percakapan berhenti, Sefi menutup telpon sambil tersenyum.

Ha1k4l_82@yahoo.com

Dear Sefi,

Sefi.., aku minta maaf..tak bisa aku menjengukmu dan Haikal Junior sebelum keberangkatanku ke German. Aku harap kau mengerti.

Aku berfikir..Apakah semua ini salahku Sef? Mungkinkah semua akan berbeda jika aku mencarimu waktu itu? Waktu seakan tak memihak pada kita. Aku minta Maaf..

Haikal-

Send…,


S3fi_83@yahoo.com

Dear Haikal,

Kau tak pernah salah Kal, kalau saja waktu itu aku bicara padamu. Andai kita tidak mengingkari perasaan kita waktu itu. Tapi semua sudah terjadi Kal.. Kau harus melanjutkan hidupmu, tanpa mengkhawatirkan aku. Ada Haikal kecil yang menjagaku. Yang mengukir senyumku setiap hari.

Sefi-

NB: Haikal kecil minta oleh-oleh om.. ^___^


Replay..sending..

-The End-


_Based on True Story_

NB:
-Nama tokoh, tempat, dan waktu..disamarkan demi kata yang mereka sebut “kehormatan”


Rabu, 11 November 2009

Ijinkan Aku Pulang, Untuk Pergi Mengejar Mimpi


Tik..tik..tik…bunyi halus keyboard beradu, hening dalam ruangan yang cukup besar dan panjang ini. Jarum jam menunjukkan pukul 9:00 PM, sudah larut.. “belum pulang Bil?”,tanya Anang yang mengintip dari balik pintu. “Belum, 1 jam lagi sepertinya” Jawabku. “kamu masuk malam ya?”, tanyaku balik. “Hmm..,ya..aku tinggal ngecek anak-anak dulu ya?”, jawabnya sambil berlalu. Dan aku hanya menganggukkan kepala. Suara mesin-mesin raksasa berdengung dari pintu yang sedikit terbuka tadi, dan lambat teredam saat pintu itu menutup. Aku kembali menatap layar monitor..tapi kali ini tidak konsen lagi aku pada kerjaanku.

Kucek HP-ku, berharap ada message atau apapun itu. Sebuah tanda bahwa aku tak benar-benar sendiri. Tapi nihil, aku hanya bisa menghembuskan nafas dan memutuskan untuk mendegarkan lagu-lagu. Kupasang head set dan memejamkan mataku meresapi syair dalam lagu itu. “Takkan ada yang menelepon atau mengirimimu message Billa..sadarlah” kataku pada diri sendiri dengan jelas, seakan meminta untuk yakin. Kuputuskan untuk menyudahi pekerjaanku, lalu menelpon line 8. “Dengan Security Seno, ada yang bisa dibantu?” jawab telpon dari seberang. “Tolong panggilkan driver pak, saya mau pulang” jawabku. “Baik Bu Nabilla, segera” jawab Pak seno. “Terima kasih Pak Seno”,jawabku “Sama-sama Bu..”, klik telepon ditutup.

Perjalanan pulang kerja kali ini aku hanya terdiam, head set mp3 yang mendendangkan lagu-lagu kesayangan mendukungku untuk diam sepanjang perjalanan. Aku sedang tak ingin bicara. Dan jika diijinkan, aku juga sedang tak ingin berpikir. Tentang apapun! 30 menit berlalu, dan sekarang aku berada di Kamarku, masih dengan pakaian kerja. Menghadap cermin..dan hanya bengong. Ku miringkan kepalaku, ke kanan...lalu ganti ke kiri.. Aih..tak puas, lalu aku menghadap ke depan dan nyegir sejelek mungkin. Dan tertawa sendiri, kukeras-keraskan tawaku. Hingga yang kutertawakan bukan lagi bayangan lucu diriku di cermin tadi. Tapi aku, ya..aku menertawakan diriku sendiri. Lalu air mata keluar sangking merasa lucunya diriku..lalu..suara tawa itu lenyap. Tinggal tangisan..

03:30 AM…
Kring…krriiingg… Bunyi telpon yang khas itu, Ahh..Ibu…Ringtone khusus panggilan untuk Ibuku. Biar serasa dirumah saja kupilih ring tone itu. “Assalamu’alaikum..” Jawabku masih mengantuk, karena hanya sekitar baru 45 menit aku tertidur. “Wa’alaikum Salam..,sudah Sholat kau Bil?”, jawab diseberang sana langsung mengajukan pertanyaan.. “Hmm.., Bu…aku ingin pulang”, kataku tak menjawab pertanyaannya. “Knapa?” Tanya beliau. “ Sudah cukup kubuktikan pada mereka Bu, aku ingin meraih apa yang kuimpikan”, kataku datar. “Apa kau yakin meninggalkan semuanya?”, Tanya ibuku. “Hhhh..,entahlah Bu..hanya saja hatiku tak lagi disini. Dan waktu seakan mendukungku untuk pergi”, jawabku..ragu.. “Memangnya apa rencanamu setelah ini?”, Tanya suara lembut diseberang sana. “Saat ini rencanaku hanya satu Bu.., pulang”, jawabku pasti. “Tidakkah kau piker-pikir lagi?” Ibuku mulai ikut ragu. “Aku akan mencari Bu, akan kukejar yang dulu pernah kuletakkan demi ambisi. Semua sudah kuraih, sekarang tak perlu lagi aku buktikan pada mereka. Aku ingin mengejar mimpiku. Milikku sendiri..dan juga mencarinya”, aku seakan berkata pada diriku sendiri. Yang kupikirkan sepanjang malam ini. “Kemana memang kau ingin mencarinya?” Ibu mulai ingin mematahkan pikiranku. “Kemana saja! Ke arah manapun itu”, aku sudah mulai resah.. lama..hening..tak kudengan suara diseberang sana. “Bu…?”, tanyaku berharap. Kali ini aku butuh dukungannya, seperti sebelum-sebelumnya. “Lakukan..kau paling tau apa yang kau butuhkan. Ibu mendukung saja”, jawabnya bijak. Air mataku mengalir.., batinku membuncah bangga pada wanita di seberang sana. Yang melahirkanku dengan pertaruhan nyawanya. “Terima Kasih Bu.., untuk sekarang ini.. Aku hanya ingin pulang, selanjutnya akan aku pikirkan nanti”, jawabku tak bisa menutupi isak tangis haruku. “Hmm..Sholatlah dulu…” jawab ibuku disana. “Ya..Assalamu’alaikum” kataku. “Wa’alaikum salam..warrohmatullah..” Klik! Suara telpon ditutup.

Kuambil Wudhu, sholat dan berlama-lama aku berdo’a. memohon kekuatan untuk dan petunjuk. Juga untuk mengucapkan syukur atas segala yang kupunya dan kuraih selama ini. Mimpi..Aku tak sabar menjadikanmu nyata.
_Based on True Story_
PS:
- Nama Nabilla, kata Almarhum BApak adalah nama yang gak jadi disematkan padaku dulu. Heheheh....
- Judul photo, Jalan Pulang

Rabu, 04 November 2009

-cerpen tak berjudul-




_Surabaya 11:30 AM_

Ara Sibuk menata baju dan peralatan kedalam tas ransel

“Aku berangkat nanti sore dengan kereta jam setengah 3” kata Ara kepada Ella teman sekamarnya tanpa menoleh. “Hmm..” jawab Ella acuh tak acuh. “Semua sudah kau periksa Ra?” Tanya Ella kemudian. “Aku rasa sudah, coba ku cek lagi” …… “semua peralatan untuk wawancara sudah siap. Apa medannya sulit??” Tanya Ella. “Lumayan..masih bisa dijangkau dengan sepeda motor”. Jawab Ara..



_Kereta Penataran 4:30 PM_

mungkinkah..BIla ku bertanya..pada bintang-bintang, dan bila…kumulai merasa..bahasa kesunyian. Aku…dan semua..yang terluka..Karena Kita…Aku…kan menghilang..dalam pekat malam. Lepas kumelayang.. BIarlah kubertanya pada Bintang-bintang tentang arti kita..Dalam mimpi yang sempurna…” Suara pengamen yang bersemangat sekaligus penuh penghayatan di kereta yang sesak ini. Sejenak mengantarkan Ara dalam lamunan. Diliriknya penumpang disebelahnya yang sepertinya sedang bertelepon dengan kekasihnya. Suara khas dari kereta ekonomi terdengar disana-sini. Penjual Es, Penjual makanan kecil,buah, sampai peralatan rumah tangga lengkap disini.

Aku ada disini.
bersama sejuta wajah yang menggambarkan berbagai ekspresi.
Namun yang kucari hanya satu rona.
kamu!


“Cuma seribu mbak..” suara penjual membuyarkan lamunan Ara. Sejenak bingung dengan maksud si penjual yang matanya berbinar penuh harap. Penjual hanya menunjuk tali rambut yang tadi di lemparkan kepangkuan Ara tadinya. Ara hanya tersenyum dan mengeluarkan uang dua ribu rupiah. “Ada yang warna hijau pak?” Tanya Ara. “Tentu ada mbak..” jawab penjual itu, kali ini dengan semangat. Mungkin aku belum butuh ini, tapi mata binar penjual membuat Ara berpikir.. “Ahh..rejeki anak dan istrimu lah pak..

_Malang Kota 9:30 PM_

Hotel kecil di daerah sekitar kantor Pemkot Malang yang dipilih Ara untuk menginap. Bukan karena apa, karena hanya Hotel ini yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari stasiun Kota karena malam ternyata sudah larut untuk kota ini. Kereta ekonomi yang luar biasa lama saat tidak terjadi masalah, lebih tambah lama karena ada masalah dengan lokomotifnya ditengah perjalanan mau mencapai Stasiun Lawang. Dan sekarang disinilah dia, Malang…

Dingin menghentak diluar
Dingin merayap didalam
Angin berlarut membawa beku
Disini..
Dihatiku


Ara menghembuskan nafas panjang. Setengah jam dia memeras otak untuk mulai menulis sesuatu di notebook yang dipengangnya. Dan hanya penggalan kata itu yang mampu ditulisnya. Ditutupnya notebook itu. Diraihnya kamera yang dia bawa, dibersihkan lensanya. “Aku harus minta maaf pada Ella sepulang dari sini”, batin Ara. Sebenarnya tak ada unsur pekerjaan perjalanannya kali ini. Ara hanya ingin pergi dari hiruk pikuk kota. Sejenak melepas penat, dan sendiri. Hunting foto dan kalau mujur, dapat bahan untuk dijadikan uang.
Beberapa bulan ini Aga menghilang lagi. Entah kemana, seperti di telan bumi. Ara bisa saja mencarinya..tapi tidak kali ini. Tidak waktu ini. Karena kali ini bukan yang pertama. Hingga Ara percaya lelaki satu ini punya ilmu menghilang layak di film-film Indonesia masa lampau. Saat ini Ara memilih untuk menyendiri saja. Meski Ara tau, hatinya tak pernah mau sendiri. Selalu ada dia yang menguasai dan menyeruak dalam segala emosi. Tidak tau apa yang dicari, dan selebihnya hanya kesempatan dan waktu luang yang membawa langkahnya ke kota ini.
Ditariknya selimut rapat-rapat..malam semakin dingin..tapi lelah membuatnya terlelap dan menghanyutkannya dalam mimpi. Dan dalam mimpi itu Ara tak henti tertegun.. “Kenapa kau juga ada dalam alam ini Ga?”.

_Perjalanan 8:00 AM_

Angkot ke daerah Gadang mudah sekali diperoleh dari hotel tempat Ara menginap. Sekitar 45 menit sampailah dia di Gadang. Setelah menimbang, Ara memilih untuk booking ojek untuk perjalanan selanjutnya. Karena dia tak mau kehilangan momen-momen yang mungkin dia temui dalam perjalanannya terlewat begitu saja tanpa terabadikan dalam kameranya. Setelah tawar-menawar yang cukup alot. Sudah menjelang sore saat dia tiba di tempat tujuannya karena harus berhenti beberapa kali untuk mengambil foto dan Sholat Dzuhur.

_Pantai Bale Kambang 3:30 PM_

..Bale Kambang… sebuah wisata pantai di Malang selatan. Setelah membayar Ojek , Ara larut dalam suasana pantai yang syahdu kala sore hari. Tak menyia-nyiakan kesempatan, beberaba view jadi objek kameranya. Ombak sudah mulai meninggi..hingga Ara memutuskan tak langsung bermain air pantai dan memutuskan untuk menyewa salah satu kamar untuk menginap di pinggiran pantai Bale Kambang itu. Malam harinya, sambil menikmati Jagung bakar dan secangkir kopi, disertai angin pantai yang semilir serta dimeriahkan musik-musik rege dari Tape yang dibawa rombongan anak-anak muda. Masih sangat muda, mungkin baru kuliah semester awal-awal. “Ahh..dulu tak ada waktu untuk tamasya aku saat seumur mereka” batin Ara. Tersenyum mengingat masa lalu lalu meneguk nikmat kopi hitam dari cangkir usang.

Suasana pantai yang jauh dari deru mesin dan asap sangat terasa nyaman, musik..tawa canda…ada yang bercengkrama, ada yang bermain-main dengan anak tercinta, dan juga..ada yang bertengkar dengan kekasihnya. Ara hanya tersenyum kecut, iri..mungkin itu yang ada di hatinya.

Aku berada di ujung tanah pijakan
Sedang menatap dua alam
Semuanya berdendang
Dan aku hanya terdiam


“Aga..” lamat-lamat bibir Ara mengucapkan nama itu. Bagai kan sebuah mantra yang dilafalkan. Diiringi genderang yang bertabuhan dalam hatinya. “Saat sendiripun kenapa hanya nama itu yang Aku ingat?”. “Mau beli Gelang nak?” suara nenek yang membuyarkan lamunan Ara. Dilihatnya barang yang dijajakan nenek tersebut. Pernik-pernik yang khas pantai. Lumayan untuk oleh-oleh balik ke kota. “Sendiri saja nak?”,Tanya nenek itu kemudian. “Iya nek.., nenek juga? Tidak ditemani cucunya?” tanyaku iseng. Lalu entah bagaimana mengalir setetes air mata dari mata tua itu. “Nenek hanya punya suami nak…dan 2 minggu lalu dia sudah pergi mendahului nenek”. Kata nenek itu. Rasa bersalah menyeruak dalam hati Ara, refleks tangannya memegang tangan perempuan tua itu. “Maaf nek…seharusnya saya tidak lancang bertanya” kata Ara dengan nada yang dia harap terdengar tulus. Hanya senyum mengerti yang disuguhkan nenek itu..lalu berkata dia, “Padahal biyen wes tak pesen…bah aku ae yang mangkat duluan, bah aku gak dewean..eeelah dalah…malah aku ditinggal disik-an, tapi urip mung sedelo, mengko mesti ketemu nang suargo” (Padahal dulu kubilang biar aku dulu yang pergi..ee…malah pergi duluan. Tapi hidup kan hanya sebentar..nanti juga aku ketemu lagi diSurga). Ara hanya tersenyum, masih merasa bersalah. “Kau sudah punya pacar to nak?? Wess…mugo-mogo entok jodo koyok nenek sama kakek biyen..sampe tuek gandengan tangan, sampe royokan teken” (kau sudah punya pacar nak? Semoga dapat jodoh seperti nenek dan kakek dulu, sampai tua bergandengan tangan bahkan sampai berebut tongkat). Kata nenek itu sambil ganti memegang tangan Ara. Dan mendengar do’a nenek itu..hati Ara langsung dingin..membeku...dan bayangan Aga yang menguasainya kabur terusik, seakan malu.

_Pantai Bale kambang 5:30 AM_

Telah kucari kau sampai ujung langkahku
Telah kutunggu kau hingga lupa waktuku
Kuteriakkan namamu disegala penjuru
Kutulis tanda-tanda disegala pijakku
Kuganggam semua janji hingga jadi belenggu
Nyata kau tak pernah Jauh dariku
ada disini,
Dekat sekali
Hanya saja kau tak pernah tau


Ditutup notebook itu, lalu berlari Ara menentang angin dan gelombang di pantai itu. Kali ini dibiarkan airmata yang ditahan lama sekali..tak ada nama yang bisa dia teriakkan. Tak bisa dia tulis huruf-huruf itu dipasir pantai. Dadanya bergemuruh, lalu tubuhnya luruh..

Setelah semuanya tenang, buru-buru kembali dia ke kamar penginapannya, diraihnya Hp..lalu dipencet no yang sangat dia hafal. “Aga..kita harus bicara” hening…

_1 Tahun kemudian, Malang_

Malang, kali ini aku kemari dengan segala kebebasanku. Dibuang daun yang baru ditulisi itu ke pinggiran kota ini. Terbawa angin. Ara tersenyum..kemudian melangkah pasti.


-Based on true story-


Ps:

- Nama tokoh diambil dari 1000 nama bayi punya ibu-ibu hamil di kantorku. (Kakakakks…Semoga kelak..lahir selamat, jadi anak-anak yang Sholeh maupun Sholehah. Amin..)
- Aku bingung ngasih judul apa… Ada yang punya Ide????

Rabu, 28 Oktober 2009

Mengingat…




(rumus mengatasi masalah dari orang yang lagi streesss!!! Boleh ditiru…tapi jangan ditertawakan. Namanya aja juga lagi streessss…sumpahin stress juga lho…he… Hanya untuk membuat negeri Aathena-ku ini berwarna lah….daripada mati suri).


Siaaappppp??????!!!!!?????

Pernahkah kalian merasa terjebak dalam suatu masalah dan merasa tidak menemukan jalan keluar? Atau mempertanyakan “Kenapa ini terjadi padaku?”. Ato tersesat di kota saat jalan-jalan dan hanya bawa uang pas? (hhehehehe…) hmm…aku sih ngaku ajah…sering banget kek gitu…

Saat semua masih begitu membelitku (masalah -red-) kadang aku seperti kehilangan semangat. Diam adalah reaksi pertama, air mata adalah reaksi kedua (ini klo masalah berat lho ya….jangan salahkan kami..dia keluar dengan sendirinya. But thank’s to Allah.. yang menciptakan air mata untuk meluapkan emosi hingga bisa menguap). Tapi ada hal yang mungkin bisa aku bagi… “Mengingat” .

Dengan mengingat..minimal kita secara tidak langsung mensugesti diri kita untuk tenang, mengajak untuk menelaah pikiran kita, membuat otak kita untuk menganalisa masalah kita. Dan yang paling penting.. membuat jalan keluar bagi masalah yang dihadapi tersebut. Bagaimana bisa?????

MMmmm…(penulis lagi berpikir juga bagaimana menerangkannya dalam kata-kata..hohoho…), mungkin dengan cerita lebih gampang ya… secara gak sadar nih, setelah reaksi bodoh (diam dan syukur banget klo bisa nangis) biasanya aku mematut diri di kaca lalu berkata pada diri sendiri.. “Ok! Apa yang terlewatkan olehku?” entahlah.. coba saja lakukan apa yang aku lakukan. Tapi ini lumayan membantu..karena setelah itu, biasanya aku mulai menenangkan diri dan mengingat-ingat semua hal yang berhubungan dengan masalah yang aku hadapi. Pertama mungkin hanya potongan-potongan memory..bisa berupa kata-kata, bisa berupa suatu reaksi atas kejadian, bisa berupa sms, bisa berpa benda, bisa berupa cerita orang, bias lagu, bisa berupa apa saja! (ingat..apa saja!). Nah, yang perlu kita lakukan adalah merangkai potongan-potongan itu menjadi suatu jalinan jalan cerita. Gapapa kalo kamu punya beberapa ide atas cerita itu. Tampung saja! Alangkah lebih manjur kalau kamu punya intuisi yang bagus (macam cenayang ajaaa….hahahaha!! =D).

Setelah kau merangkainya.. cari apa yang hilang.. meminjam satu bait dalam puisiku yang juga pernah aku jadikan status di Fb.. “..mengingat.. yang terlewat dan teringkari olehku”. Jadi sesuatu yang hilang itu bisa juga karena ada yang memang kamu tidak tahu, dan kemungkinan juga sebenarnya kamu tau..tapi kamu mengingkarinya, kamu tak ingin mengingatnya, kamu terlalu sakit untuk mendengarnya. Jangan ditolak..Hilangkan rasa tidak mau disalahkan. Toh..yang nyalahkan kan diri kita sendiri..bukan orang lain. Jadi gak usah malu donk.. tapi ingat!!!! Jangan juga selalu menyalahkan diri sendiri.

Sudah INGAT???? Klo sudah…(bisa saja kau ingat 1 ato 2 hal.. tapi jangan lebih dari 3) bisa bingung lagi ntar… (ckckckcck…)

Langkah selanjutnya adalah cari jalan keluar!!! Klo bahkan kau tak bisa mengungkapkan apa yang kamu ingat. Jalani !!, maafkan dirimu.. cintai rasamu..karena dengan itu… kau bisa menjalani harimu esok hari. Semakin kau menentang apa yang kamu temukan..sebagian darimu akan hilang diri, gak control, frustasi. Akhirnya…stress2 juga… So… What’s the problem with this??? I just feel.. and that’s fell not compromise with me. Hhhh……. Tambah stresss???? Aku sudah..jadi giliranmu. :p

Boleh teriak gak??????


NB:
Baru tau juga macam gini ada di bukunya Dan Brown “Malaikat dan Iblis” hohoho….(jangan2 terinspirasi dari akyu…gubrak!!)

Selasa, 20 Oktober 2009

HApe…oh..HApe…




Iya sayang…, nanti abang jemput deh. Pake apa? Ya…pokoknya romantis gitu. Kamu jangan lupa dandan yang poll ya?? Kemana? Mm…kamu maunya kemana? Ke Mall? Aduh, kurang asyik…gak romantis. Bagaimana kalau ke pasar malam aja?

Hiyaaa…hahaha… (cerita hanya rekayasa, tanpa bermaksud apapun. Just joke…!!!)

Pemandangan seperti ini gak jarang kita temukan sekarang. Di pinggir jalan.., di manapun. Sekarang kita tahu kenapa harga onkos becak semakin mahal. Memang sih, becak gak pake bensin. Tapi…alasannya ada ajah. Dari mulai harga bahan pokok naiklah..biaya sekolah anak semakin tinggi (sungguh yang demikian sangat amat bisa diterima), nah… kalau yang ini??? Kalo ini mah.. alasannya gini kali ya??? “buat beli pulsa mbak..ato..sekarang internetan lewat hape per Kbyte aja berapa mbak? Abang kan juga pengen gaul. Punya pesbuk gitu.., ongkosnya dinaikin dikit yach..buat beli pulsa” kakakaks….

Nah..ada orang yang bilang “Kamu berhape, maka kamu ada”. Coba aja matiin hapemu 2 hari ajah.. haduh..1 hari bahkan setengah hari aja, orang pada teriak2 macam kita ngilang 1 tahun aja. Alat komunikasi yang namanya hape ini memang luar biasa. Dalam satu tahun. Macam-macam hape keluaran terbaru bermunculan. Bikin ngiler aja…. Dari mulai yang type hape musik, hape kamera..multimedia, hingga Cuma menang di modis aja.

Aku sampe heran..ini dari kapan sih yah hape ini booming. Keknya dari tahun 2002 pas aku awal-awal masuk kuliah dulu. Jaman itu…aku gak ada hape. Secara, buat makan aja ngirit banget. Saat itu, hape Nokia 3310,3315 dan Siemens type C55 masih sangat berjaya..(betul!betul!betul?). Hanya saja, telpon kos2an masih jadi tumpuan harapanku. Masih rebutan ngangkat telpon kos kalo dia bunyi. Padahal sumpah…bunyi telpon kos gak merdu sama sekali. Sangat memekakkan telinga. Ha…ha…ha… tapi rasa-rasa, seneng banget klo ada yang teriak… “ASFAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!! TELLPOOOONNNNNNNNN!!!!!!” (hore…!!padahal Cuma orang-orang itu juga yang nyari aku. Gak penting serasa)

Masih teringat masa itu, aku sangat merana waktu beli makan di pasar.. bapak penjual martabak sudah pegang hape. Telpon sana sini…huks! Aku kapan punya??? Ah…akhirnya keadaanlah yang membuatku berpikir aku harus punya hape. Sungguh malang waktu itu, dari satu angkatan kuliah dulu.. hanya beberapa biji saja orang tak punya hape macam aku (silahkan bersorak…hhhhuuuuuuuuu,,,,,). Secara, pengkaderan jaman itu sangat membuat segalanya ribet, menyebalkan, dan sangat menyedihkan. Semua mesti cepet..mesti penuh koordinasi dan komunikasi yang faster (halah lebay!). Intinya…, Asfa sering jadi orang goblok yang gak ngerti apa-apa…yang gak ngerti ada apa…yang ketinggalan berita, tugas, dan sebagainya…gara-gara GAK PUNYA HAPE!!! Sungguh keadaan yang menyebalkan.

Semester 3 waktu aku udah mulai kerja paruh waktu, sedikit demi sedikit uang yang aku dapatkan akhirnya jadi sebuah hape perdanaku Siemens A52. hahahha….ceita tentang hape perdana ini,cukuplah aku simpan sebagai kenangan buruk sekaligus lucu-lucuan untuk orang laen.
Nah sekarang, keknya gak umum klo orang gak punya hape…pengamen…tukang jualan cendol, tukang becak…bahkan hape anak buahku aja merk beri-beri itu loh.. (Syett dagh!!). Alhamdulillah…semua jadi lebih mudah, Silaturrahim lebih terjaga. Tapi…, kadang aku ingin bilang ke hape ku ini.. “Pink...Doreng…karena kalian nih aku heppy! Tapi karena kalian juga nih..Aku kadang jadi bengong…bengong…dan bengongggg :p” (gak menemukan kata yang lebih ceria dari pada bengong).

Aku hanya berharap..bagi sebagian orang yang kukenal baik.. aku bisa menjadi ungkapan. “Aku akan ada, meski aku tak berhape”.

PS:

-Photo di Shoot pake my Pink KC550 di depan Kos

Rabu, 14 Oktober 2009

Dari Tepi Jalanku



Ku ulang lagu itu berulang kali.. lagi..dan terus lagi. Sampai aku merasa bahwa semua memang sudah pada tempatnya. Entahlah.. kucari lagi lagu lain di MP3 ku, tema yang sama, berharap membuatku semakin yakin bahwa ini memang seharusnya. Tak ada nada yang menggambarkan dengan persis perasaanku saat ini. Terlalu dangkal, sedangkan bagiku semua terasa dalam. Semua mengambang pada pertanyaan yang sama. Hingga aku menyerah pada semua irama.

Lalu aku mencoba mendengarkannya dengan menyusuri lorong-lorong kota ini. Mencari sesuatu yang mungkin bisa kubandingkan untuk membuatku paham. Aku hanya berjalan..terus..dan terus. Sekali aku hentikan langkah dan menepi untuk mengamati. Aku hanya melihat hal yang sama. Dalam sepi…dalam keramaian..semua berbayang serupa. Kusandarkan pada bahu sahabat kepalaku yang lelah berfikir.. “kau harus terima”, katanya. “Bukankah aku sedang menerimanya?”, tanyaku dalam hati.

Kembali kuulang cerita demi cerita yang telah aku lalui. Kesimpulanku tak menemukan ujungnya. Aku masih hilang tak bermakna. Kujejakkan kaki untuk berlari..,aku letih. Ini aku Tuhan..ada dan bernafas. Harus kuhadapi! Konsenkuensi pemikiranku sendiri yang mempengaruhi segala alamku. Inilah ritme-nya..inilah nadanya…semua sudah sesuai irama..(benarkan?).

Kini aku menepikan langkahku, mengamati langkahmu yang indah terperi. Kupinjamkan sayapku untukmu. Hingga hilang letihku nanti, pastikan kau disana, dan saksikan aku melangkah lagi..

Ps: //

Terinspirasi sebuah perjalanan malamku menyusuri gang-gang kecil di kota Malang (29 September ’09) dan sebuah lagu yang seharian ini berulang kali aku dengarkan.


Thx for all that inspired this posting…

And friend who worried about me..(tenang…aku bawa KTP, Uang, ATM, dan memastikan Hapeku terisi kok) ^_^

Selasa, 13 Oktober 2009

Cerita dari Negeri India




Hi fafa, Assalamu’alaikum.. I’m in Indonesia for 20 days. Can u come to Surabaya? I want to see..u, if u see this message please reply at my number 0857******* ” (message at Yahoo Messanger at 5 Oct 2009).

Week end (Minggu, 11 Oktober 2009) akhirnya kami bertemu setelah berteman lewat dunia maya selama kurang lebih satu tahun. Situs pertemanan-lah yang mempertemukan kami pertama kali dan selanjutnya kami berkomunikasi lewat YM. Selain tentang budaya, kami juga sering sharing dalam hal pekerjaan. Dan sering dia bercerita tentang Negara-negara yang sering dia kunjungi. Kunjungan ke Indonesia kali ini adalah kunjungan keduanya. Sejak sekitar satu setengah tahun yang lalu dia ke Indo untuk menghadiri pernikahan sepupu dekatnya yang kebetulan dapat orang asli Surabaya.
Banyak sekali hal yang kami obrolkan, dari mulai Shahrul Khan sampai Mobil. Ga tau..pokoknya nyrocos aja.. meski dari 100% apa yang dia bicarakan 50 % nya saja aku bisa nangkap. Sisanya improvisasi (Busyet dagh!!).

India adalah Negara yang gak jauh beda sama Indo dalam segi kehidupan masyarakatnya. Disana,yang kita kira adalah Negara tarian kayak di film-film India yang sering kita tonton. Ternyata hanya punya 1 jenis tarian asli yang aku sendiri susah menyebutnya. Hampir ada 43 bahasa di India tanpa ada bahasa persatuan. Kali ini kita boleh berbangga dengan Indonesia karena Bahasa persatuan kita “Bahasa Indonesia”. Mungkin kita bisa bilang India adalah Negara miskin, tapi menurut teman saya ini biaya hidup disana jauh lebih mahal daripada disini. Bagi dia di Indonesia semua murah kecuali harga Mobil. Dubai adalah kota untuk mengadu nasib bagi orang India macam Jakarta untuk Indonesia. Disana kau tidak akan menemui orang Chinese berseliweran di Mall ato tempat umum macam Indonesia. Disana populasi terdiri dari orang India tentu saja, Afganistan dan Sudan. Kebanyakan orang yang tinggal dikota menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan mereka. Yach..kembali lagi. Tak ada bahasa persatuan, jadi bahasa internasional yang mereka pakai. Hanya kain Sari-lah yang menurut dia sesuatu yang khas dari India. Dan selain Taj Mahal, dia kebingungan menyebutkan tempat mana yang mesti kita kunjungi saat mungkin suatu hari nanti ( Mungkin! Ini Mungkin…) kita kesana. Tentu saja kesempatan sekali mempromosikan tempat2 indah di negeri kita…Bunaken..Bromo…Danau Tiga Warna..Sikuei…Bukit Tinggi… Bali..dan tentu saja “KERTOSONO”.( gak boleh protess!!! :p)
Karena teman saya ini adalah orang bisnis, seringkali dia berkelana dari satu Negara ke Negara lain.antara lain Malaysia..Singapura, Brunei, Thailand, dan Saudi. Menurut dia Negara yang paling teratur adalah Negara Singapura. Dan yang paling buruk adalah Malaysia..(ha ha ha!!! Silahkan tertawa bersamaku).

Inilah sebagian conversation kami saat itu yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia tentunya:
Fa : “Bagaimana pendapatmu tentang Indonesia?” (=>>klasik banget bo’!)
Thahir : “ Aku suka! Sebenarnya tak banyak perbedaan antara Indonesia dan India, suasananya hamper mirip. Jadi aku gak perlu terlalu banyak menyesuaikan. Tapi disini orang-orangnya baik, lebih ramah”
Fa : “ Wah..terima kasih, kau sudah lebih seminggu disini. Sudah kemana saja?”
Thahir : “Tak Ada, hanya Mall..”
Fa : “ hampir 7 tahun aku tinggal di Sby, aku rasa kau lebih mengenal Mall disini daripada aku”
Thahir : “Ha..ha..ha.. habisnya aku gak tau lagi mau main kemana di Sby ini”
Fa : “ Yach… bisa dimengerti. Kenapa tidak mampir sebentar ke Bali atau kemana..gitu”
Thahir : “ Ndak..saya sedang tidak ingin berjalan-jalan”
Fa : “oo…”
Vina : “ Apa bahasa India-nya “selamat malam?” =>> (Gubrak!!!)
Thahir : “ha…ha..ha..ha…!!! kau mau bahasa apa? Di India ada kurang lebih 43 bahasa”
Fa dan Vina: “ Busyett dach!!!, pake aja bahasa yang dipke di film2 India”
Thahir : “ bukankah di Film juga kebanyakan pake bahasa English?”
Fa : “ Kalian punya bahasa Hindi bukan?”
Thahir : “Disitulah kelemahan kami, kami tak punya bahasa persatuan seperti bahasa kalian”
Fad an Vina : (Tersenyum berpandangan penuh kebanggaan)
Thahir : “ Jangan sampai datang ke India tanpa tujuan dan alamat yang jelas, dan jangan jadi backpacker disana. Dijamin kalian akan hilang.”
Vina : “Apa yang paling kau sukai dari Indonesia?”
Thahir : “hmm… Indonesia adalah Negara Islam terbesar”
Fa & Vina : “ Wiewwww??? Bukankah Negara Islam terbesar itu Saudi?”
Thahir : “ No! Saudi memang Negara Islam, tapi populasinya sangat kecil. Sedangkan Indonesia, meski bukan Negara Islam secara pemerintahan, tapi populasinya sangat besar dengan persentase Muslim hampir 90%”
Fa dan vina : (mantuk-mantuk)
Fa : “ dari semua Negara yang pernah kau kunjungi, mana yang paling tidak kau sukai?”
Thahir : “ Malaysia”
Fa : “ Kenapa? Bukankan disana fasilitas lebih bagus dari Indo?”
Thahir : “ Kau tak akan pernah merasa aman berjalan-jalan di Malaysia, banyak pencuri..pembunuhan, perampokan dengan senjata tajam dan sebagainya”
Fad an Vina : ‘Pantesss….ha ha ha!!!”
Thahir : “Hmm?? Knapa?? (bingung)”
Fa & Vina : ‘ Oh… nothing” (Sigh…)
Fa : “ Bagaimana bisa kau sampai ke Negeri ini, pasti ada cerita di balik itu”
Thahir : “ nenek buyutku adalah orang asli Bangil. Dulu dia adalah seniman dari Indo yang hijrah kesana”
FA and Vina : “ kakakakakaks!!!!”
(Tapi selebihnya dia adalah orang Asli India dengan segala ciri yang mereka punya, termasuk menggelengkan kepala dan tangan saat bicara. He.he.he…:D)

** percakapan yang laen males ngetik, kan udah dirangkum**



Selebihnya kami ngobrol tentang Shahrul Khan dan tentu saja aku banggakan artis yang gak kalah keren dari Shahru Khan Aa’ Ariel!!!! Ho…Ho…Ho…(HOREEEE!!!!) setelah acara makan dan foto-foto kami berpisah dengan janji bahwa suatu hari akan bertemu lagi. Karena ternyata temanku yang satu ini akan mendirikan Resoran India di Surabaya dengan Taste yang Asli India. Hmmm…tak sabar mencicipi…apalagi gratis!!! Kakakaaks…(tetep…)’

PS : gambar diambil dari www.kosmo.com

Rabu, 07 Oktober 2009

“Kau kuat, Lebih dari yang kau tahu”




Pagi ini aku melihatnya lagi ( Flyover Arjosari, Malang 06:43 AM)… pemandangan yang selalu membuatku tersentuh. Kali ini mereka bersenandung sambil mengayun-ayunkan tangan mereka yang bergandengan. Lalu mengecuplah sang anak kepada tangan bapaknya, dan di kecup sayang pula tangan mungil itu oleh bapaknya. Indah…

Kalau kau merasa dunia sedang tak bersahabat saat ini, lihatlah mereka berdua. Kalau kau merasa tak ada yang merasa mengerti dirimu, lihatlah mereka berdua. Lihatlah sebuah bingkai keindahan dunia. Tak ada yang bisa menggambarkan kebanggaanku diperkenankan menyaksikan pemandangan ini.

Masihkah kau bisa berkata “mereka bukan siapa-siapa ku”. Kemanakah hati lembut itu..yang aku tahu itu milikmu. Kekasih boleh pergi, sahabat boleh tak peduli lagi. Tapi hati yang indah itu tak boleh mati. Berjalan tegak menentang dunia, karena sudah saatnya menjadi dewasa. Kepakkan sayap-sayap indah yang kau punya, terangi dirimu dengan lentera indah yang kau simpan. Atau kupinjami cahaya cinta yang tak mungkin hilang. Aku ada…

Jalani hidup bagai sebuah harmoni..selaras dan mengalun merdu. Lapangkan hatimu, dan percaya di ujung jalan mu akan berakhir indah. Tak perlu menyesali tinta yang telah mengering, karena semua telah terjadi. Dan tak perlu mempertanyakan apalagi menyesalkan sebuah masa depan. Karena bahkan kau tak tau apakah itu akan terjadi. Jalani kehidupanmu hari ini, lakukan yang terbaik yang bisa kau lakukan. Karena di hari inilah kau bisa memperbaiki masa lalumu, dan di hari inilah masa depan bisa kau putuskan. Semua ada ditanganmu. Keputusan ada padamu. Kaulah penentu hidupmu.

Saat kau lelah, letakkan sejenak beban. Tapi jangan lupa untuk bangkit dan berjalan lagi. Ingatlah…tak semua orang bisa kau bahagiakan. Karena kita hanya manusia. Makhluk yang punya segala kelemahan. Jangan merasa bersalah atas hati-hati yang lain, karena kau bahkan hanya punya satu hati. Serahkan pada yang menciptakan hati itu, karena hanya Dia-lah yang berhak atasnya. Penguasa hatimu yang sejati.. Allah…

Kau berhak bahagia..dan saat kau merasa rapuh dan terjatuh. Ingatlah ini.. “kau kuat, lebih dari yang kau tahu

- I miss u so much father.. -
ps
* Judul diambil dari pesan Mubin Dasuki Almarhum (ayahanda tercinta)
** literature buku.. “La Tahzan”
*** Literatur lagu, Spirit by J-rock, Walau Habis Terang by Peterpan, Bunuh Saja by Prisa, Harmoni by Padi.

Minggu, 04 Oktober 2009

Teri Kacang Medan Dari Bukit Tinggi




Sebagai anak kos sejati (hohohoho…). Makanan-makanan untuk penunjang kebutuhan perutlah yang selalu kami nantikan dari para penyantun yang baik hati. Dan semakin special makanan itu, semakin tinggi pulalah penghargaan kami.

Kebetulan salah satu personil dari kos-kosan fa yang lama di Surabaya berasal dari Bukit Tinggi. Dengan marga Nasution dibelakangnya sudah dipastikan bahwa ini anak pasti keturunan orang Medan. Jauhnya kampung halaman kadang memaksa Uni (begitulah kami memanggil Vina kawan kami ini, red-) untuk tak pulang dihari-hari special. Misalnya..lebaran (‘Idul Fitri), ‘Idul Adha, pernikahan saudara, liburan semester…pokonya banyaklah. Yach…semua karena pertimbangan biaya…(rumahku mah deket..Kertosono aja, PP Cuma habis Rp,10.000,00 jika aku gak jajan di kereta. Huhuy..). Oleh karena tak bisa pulang itulah.. Mamak-nya sering kirim dia makanan-makanan yang sangat special..”Rendang dan Teri Kacang Medan”.. (SSsslluurruuuupppp! Ngilerr). Asli bikinan mamak uni yang mak nyusssss….(makasih ya mamak…^_^). Begitu pula hari raya ini, karena uni juga tak bisa pulang lagi ke Bukit Tinggi, maka rendang dan teri kacang Medan-lah yang terbang ke Surabaya. Hohoho…(Wusshhh!!!)
Meski aku udah gak di Surabaya lagi..tapi aku masih tak mau kehilangan kesempatan menikamati makanan ini. Dengan dalih silaturrahim dan ada acara halah bi halal aku berjuang demi mendapatkan si mak nyuss ini (kikikikiks…! Tenang uni…aku sebenarnya juga kangen pada kau kok, tapi memang rendang dan teri kacang medan mamak kau lebih bikin kangen- piss!!!). sampai di Surabaya, aku langsung gerilya..dan mengendus-endus. Hohoho… Meski tak lagi kebagian rendang, tapi untunglah aku kebagian teri kacang medan. FFiuuhhh..!! tak sia-sia perjuanganku duduk di kok pit bus Sumber Kencono dengan no penerbangan W 7600 (lupa plat belakangnyo). Tak lupa pula aku mencomot sedikit untuk kubawa ke Malang. Hehehee… makasih uni..,makasih mamak… ^___^

Itulah cerita indahnya, karena seminggu kemudian kampung halaman uni tengah berduka. Gempa berkekuatan besar telah mengguncang bumi minang dan sekitarnya. Alhamdulillah..keluarga di Bukit Tinggi selamat semua. Namun ketakutan mencekam sampai-sampai Mamak dan yang lain disana tak berani tidur di dalam rumah. YA Allah..lindungi semua kawan, sahabat, dan saudara-saudara kami disana. Semoga diberi ketabahan atas semua keluarga yang terkena bencana.

-tulisan ini juga aku dedikasikan untuk para Sahabat Peterpan dan J-rock’star yang ada disana. Beberapa kawan belum ditemukan..semoga selamat dan masih bisa bersua..meski hanya lewat lagu dan dunia maya-

Amin…..

Rabu, 16 September 2009

Mobil Jelek




Ada sesuatu yang indah dilihat dari dalam sana. Sebuah cerita dengan iringan senandung lucu. Sepasang senyum dan kekuatan kenangan… (weleh…omong opo toh iki).

Iku lah yang ada dalam pikiranku saat mobil (nuwun sewu…) Jelek bobrok ini melintas. Tentu saja menarik perhatian semua orang..bahkan aku yang duduk dalam angkot yang udah gak punya dashboard-nya (bener gak sih iki tulisanku?). Yang empunya keknya enjoy banget gitu…keliatannya sedang berbincang dengan anak kecil disebelahnya. Wooww!!!! Hanya itu yang ada dipikiranku. Iki moncong mobilnya kemana yach??? Si hidung pesek ini meluncur kalem di jalanan padat kota malang.
Aku langsung berpikiran, mobil jelek buanget ini ndak lagi terlihat jelek saat dia melunjur dengan PD-nya disebelah mobil2 keren yang sedang banyak ngetrend sekarang ini. Kayak ada yang kebalik disini… dia-lah pusatnya. Dia lah indahnya…

Belajar dari mobil jelek ini yukk!!… Jadi diri sendiri, PD.. dan orang akan menyukaimu apa adanya. Dan arti nama-ku akan teramanahkan. Yuhuuuu….

Kamis, 10 September 2009

Renungan..

“Setiap yang bernafas akan mati”

Janganlah mencintai makhluk Allah melebihi Allah Sendiri… dan janganlah pengorbananmu untuknya melebihi apa yang kau korbankan untuk Allah. Sungguh pesan ceramah ini telah mengetukku. Apalagi mengingat tambahan dari catatan yang di kasih jum’at kemaren yang secara tidak langsung mengetukku untuk bertanya, “Seberapa dekat aku pada Allah?” Aku sungguh telah merasa hina, merasa sombong sekali selama ini. Bahkan kadang, aku merasa aku tak ingin terlalu banyak minta untuk meminta satu hal yang yang paling kuinginkan. Aku merasa telah menabung amal, menabung permintaan. Seakan-akan aku merasa paling berhak. Aku melupakan hal yang paling penting..bahwa Allah Maha Pengasih. Allah Maha Pemberi. Dan Allah sangat dekat, melebihi urat leherku sendiri. Hingga kini, aku merasa sangat lemah. Kuputuskan untuk menarik diri sejenak dari hal-hal yang membuatku lupa diri, hal yang mengasyikkan aku, hal-hal yang juga kadang membuatku sakit saat melihatnya. Aku langsung merasa sendiri..tak ada siapa pun yang akan mengerti atas semua yang kurasakan. Bahkan orang yang paling akan kuharapkan mengerti, aku juga tak yakin. Tapi hanya ada Satu yang menerima, tanpa protes, tanpa bertanya kenapa? Tanpa membandingkan.. yang juga tidak pernah menyalahkan air mata yang menetes ini, bahkan saat air mata itu bukan untukNya. Yang selalu mendengarkan keluh kesahku tanpa bosan, tanpa berkata “itu lagi…itu lagi…” Tak penah tidak punya waktu untuk mendengarkan curhatku. Tak merasa aku dibagi cintaNya untukku. Tak ada rasa sakit saat dia mengasihi yang lain. Dia lah Allah….Allah..dan Allah..
Kini, aku yakin satu Hal..Allah lah yang tak pernah meninggalkan aku, saat satu persatu orang meninggalkanku. Tak pernah pergi sedetikpun dari hidupku saat kulihat yang lain melangkah pergi. Tak pernah melupakanku saat yang lain tak ingin mengingatku.

Kuputuskan untuk menjalani hidupku apa adanya. Kuusahakan sebisaku, sebaiknya apa yang bisa aku usahakan. Kuberikan apa yang bisa kuberikan. Dan kuserahkan keputusannya hanya kepada Allah. Karena Dia aku ada, karena Dia aku hidup. Kepada Nya aku akan kembali.. maka kuserahkan rasa ini kepada yang menciptakannya. Terimakasih ya Allah.. Atas semua yang ada padaku..

Dan semoga Allah menjadikan segala sesuatu yang kuinginkan menjadi kebahagiaan. Tanpa banyak yang tersakiti. Amin…

-The End-

Purwosari, 10 September 2009

Rabu, 02 September 2009

Untuk Hati Yang Resah

Wahai hati yang sedang resah

Sedikit sandarkan pada sudut malam

Berhenti bertanya dan rasakan

Pejamkan mata dan saksikan

Ini aku.

Tertatih mengikuti setiap langkahmu

Bersama seluruh kerapuhanku

Terluka tanpa merasa

Peluklah asa dan bahagia

Tersenyumlah, beri aku lentera

Aku kan hilang tanpa makna..





Kertosono,28 August 2009
Ramadhan ke tujuh…

Rindu di Ramadhan ini

Romadhon Ya Syahro Romadhon
Kusebut nama Mu di setiap keheninganku
Meratap kerinduanku atas kekasih Mu
Tak henti sesali kesia-siaan seluruh waktuku
Ampuni kehinaanku Ya Robb..
Ampuni kesombonganku
Ampuni kekhilafanku
Ampuni hari..demi hari..dosaku
Atas hati yang merindui selain engkau Ya Robbi
Ampuni.. ampuni..ampuni…
Romadhon Ya Syahro Romadhon
Telah kuterima anugerah tak terkira
Ramadhan ini..
Cukupkan hatiku dengan Mu
Penuhi hatiku dengan merindui Mu
Ikhlaskan hatiku Ya Allah…



Kertosono, ramadhan ke empat..

Rabu, 05 Agustus 2009

For You...

sesuatu jumat hari ini
teringat kata2 mbak ku kemarin, dan mngingat hal-hal terakhir yg terjadi

sepertinya ak memang sedang Kau ingatkan. Atas keterbatasanku dan kengeyelanku slama ini. Saat ak meminta petunjuk dgn menjalankan sunnahMu, Engkau malah memberikanku suatu jalan yang lain. Aku masih ingat salah satu kata2Mu. Bagiku Agamaku, bagimu agamamu. mungkin Engkau mengingatkanku atas sesuatu yang tidak bisa dipaksakan dengan cobaan-cobaan ini. oh Tuhanku, aku tahu Kamu sangat sayang padaku. daridulu setiap apa yang Aku minta selalu Kamu kabulkan, kecuali hal ini. oh Tuhanku, semoga Engkau masih mau memberikan jalan terbaik buat kami, buat makhluk ciptaanMu yang sangat kecil dimataMu. Oh Tuhanku, buatlah hambamu ini tetap selalu dijalanMu dan diridhaiMu. Ya Illahi, terima kasih selalu mendengarkan doa-doaku...

-end-


"tanpa diedit ato ditambahi...Always with u "

Sabtu, 18 April 2009

Hilang diri

Begitu banyak suara
Hingga hanya samar yang tertangkap

Terlalu bising

Terlalu asing

Tak saling memahami

Tak bisa diartikan

Dan aku lelah

Saat masih harus mencari

Selasa, 31 Maret 2009

Titik Waktu

Titik waktu...
Tenggelamkan jiwa nan lugu
Beriring tangis haru
Hanyutkan nada sendu
Titik waktu...
Rindukan hati yang tegar
Sembunyikan warna pudar
Hadirkan seberkas pijar
Titik Waktu...
Terus berjalan lugu
Tak mau menungguku

Kamis, 12 Maret 2009

SANDAL JEPIT

Aku menenteng sandal jepit kesayanganku. Memegangnya erat-erat di tangan seolah itu adalah harta yang paling berharga. Aku jatuh cinta pada benda itu sejak aku mengenalnya. Sejak saat itu pula aku jadi punya reaksi aneh kalau kakiku kotor. Mukaku jadi berjengit-jengit risih. Aku bahkan pernah mempraktekkan reaksi itu di cermin sambil membayangkan kakiku belepotan lumpur, dan dia tahu itu. “Naiklah ke punggungku!” katanya membaca reaksiku. Aku masih diam memandangi jalan di depan kami yang becek berlumpur sambil mengeluarkan “reaksi itu”. “Ayo, naiklah! Ibu akan memarahiku kalau kau terpeleset.” Kupandangi wajahnya yang kini menatapku. Kulihat matanya dari mataku yang kecil bundar. “Apa dia kuat menggendongku?”pikirku dalam hati. Kulihat tubuh kurusnya lalu kualihkan pandangan ke telapak tanganku yang gembul. “Nanti jatuh” kataku datar, menghindari tatapan matanya karena takut dia tersinggung. Kulemparkan pandanganku ke semak-semak di pinggir jalan yang becek dihadapan kami. Alih-alih mencari ide lain berharap semak itu kering. Tapi aku kecewa, semak itu juga terendam air. Aku putus asa, kuturunkan lagi sandal jepit berslop merah. Belum sempat aku memakainya dikakiku, tangan kurusnya menyambar sandal itu dan berjongkok didepanku. “Ayo, aku kuat.” Katanya membaca pikiranku. Aku tak segera naik ke punggungnya, dan dia memalingkan kepala dan setengah badannya, menoleh kearahku dengan masih berjongkok. Aku melihat tatapan matanya, bersinar dan ada perasaan sayang yang membuatku merasa aman. Iya, aku menangkap perasaan itu, dan tiba-tiba aku merasa sangat percaya padanya. Kuberikan senyum kecilku hanya untuknya sambil menontonkan gigi depanku yang keropos kebanyakan makan coklat, dan dia membalasnya sekilas. Aku naik ke punggunganya, kurasakan tulang-tulang kecilnya yang kuat dan aku tambah percaya padanya. “ Hiss-jak!1 jalan! Hiss-jak!” aku berteriak riang. Lalu kami tertawa, semakin keras, tambah keras. Ketakutanku lenyap sudah, dan kami terus tertawa, keras dan semakin keras. “Hiss-jak! Hiss-jak!” dia tertawa sambil menambah kencang larinya. Tiba-tiba bumi berputar , langit gelap, matahari seakan ditelan langit hitam. Tepat saat kami akan jatuh terjerembab, tiba-tiba aku tersadar dan sudah berada di tempat lain. Sepintas masih kurasakan sisa senyum di bibirku. Tapi detik kemudian langsung menghilang ditelan kegetiran yang menusuk dalam relung hatiku. Kupandangi ruangan itu, warna biru mendominasi, di salah satu sisi dindingnya tertempel poster band yang semua personilnya cowok memakai pakaian serba hitam. Aku semakin getir, “aku ada dikamar” hataku hanya dalam hati pelan sekali.

***** v(^_^)v *****

Kuperiksa lagi semua perlengkapan, baju ganti, alat mandi, dan buku untuk mengusir bosan dan sepi. Aku memandang meja riasku, memikirkan apa yang mungkin bisa kubawa. Ahh...untuk yang satu ini aku tidak perlu berpikir keras, kusambar tiga tiga benda di atas meja riasku, sisir, bedak dan cologne roll on. Syarat “dandan” untukku, dan memang hanya itu yang ada di meja itu. Kumasukkan semua ke dalam ransel, kutambahkan pula jaket kedalamnya.aku tersenyum puas melihat tasku sedikit menggelembung karena jaket itu. “Ini baru Travelling” kataku dalam hati sambil mengulum senyum sendiri. Kupandangi diriku di kaca, memastikan tidak ada yang salah dan kurang.

Aku berpamitan pada pada Ayah dan Bundaku. Kucium tangan keduanya sambil mendengarkan nasehat mereka sambil lalu. Kuamati lagi seisi kamarku, memastikan tak ada yang ketinggalan. Ahh...”hand phone!” pekikku sambil menepuk jidat. Kuraih benda itu beserta charger-nya dari meja yang menghadap jendela kaca. Dan saat itu kulihat laki-laki kurus itu, duduk di kursi yang berada di teras depan rumahku. Diam seakan tak peduli sekelilingnya. Tubuhnya kini bertambah tinggi dan tulangnya terlihat semakin kuat meski masih saja kurus. Rambut yang dulu selalu rapi kini dibiarkannya gondrong tak terurus. Matanya hening menatap langit dan terasa kosong. Tenggelam dalam dunianya sendiri, hanya sendiri. “Hhh... “ kuhela nafas dalam, aku merasa ditinggalkan di pinggiran jalan yang becek dan penuh lumpur hanya bersenjata sandal jepit. Dan dia tak lagi mengajakku dalam rencana-rencana jeniusnya untuk menghindari jadwal tidur siang yang ditetapkan Bundaku. Atau rencana-rencana konyol untuk belajar menjadi pengembara suatu hari nanti.

Kupakai benda kesayanganku di sebelah pintu, “sandal jepit” kali ini berslop biru. Tak mungkin kutinggalkan benda ini apalagi untuk moment sepenting ini. Acara study tour adalah acara yang amat penting untuk anak SMA seperti aku. Apalagi kali ini aku akan ke Bali, kota yang akan menjadi tempat terjauh dari rumahku yang pernah kuinjak pake sandal jepitku. Aku merasa sudah menjadi pengembara. Ayah dan bundaku mengantarku sampai ke teras depan, keduanya memandang penuh makna pada laki-laki kurus itu, begitu juga aku. “Aku pergi” kataku pada laki-laki itu. Terusik dengan suaraku, dia tergagap dan memandangku seakan mengingat-ingat siapa yang ada di depannya kini. Beberapa detik kemudian tersadar dan kepalanya mengangguk sambil bergumam “hmm..”. Aku sudah bersiap pergi saat kudengar dia memekik dengan tangannya menunjuk kakiku “Sandal jepit!!” katanya tertawa dan mengalihkan pandangan pada orang tuaku. Kulihat Ayahku tersenyum, Bundaku ikut tertawa dan aku tersenyum sangat bahagia. Aku seperti melihat binar pelangi di malam hari dari mata lelaki kurus itu dan sandal jepitku laksana bintang yang menghiasinya. “Jika kita nanti tersesat, kita lihat bintang-bintang saja. Pasti kita bisa pulang” katanya kala itu saat kami berkemah di belakang rumah merencanakan menjadi pengembara. Dan sekarang aku tau maksudnya.

Kamis, 26 Februari 2009

Tanyaku unTukmu

Hey kau yang disana??
Yach,,, kamu...
Maaf ya?!
Bagaimana harus kukatakan padamu?
HAbisnya...dia sangat lucu!
Kenapa?!?
iya...
Dia memang lugu.
Sama kan seperti kamu??
JAdi bagaimana?
Boleh??
Boleh ya....
Ahh..ato kupikir-pikir dulu ya?!
Aku juga takut menyakitinya..
yach..sama seperti kamu..
Ato liat kelanjutannya...?!
mm....
aku Mengerti..
Oke!
Kukabari saatnya tiba.

Kamis, 19 Februari 2009

Saat Keadilan Dipertanyakan 2

Dua hari berselang setelah itu... Sidang kedua dilanjutkan, beserta saksi-saksi dan juga pembela dari kedua belah pihak. Keterangan pertama diminta dari saksi 1, yang pada kejadian berada di sekitar kejadian. Saksi ke-2 juga ditanyai dengan pertanyaan yang sama. Pada sesi ini Korban terasa terpojok...karena kedua saksi berkata lain tidak seperti saat mereka ditanya di hari pertama. Lalu terjadilah perseruan yang cukup alot antara korban, saksi, terdakwa dan seluruh orang yang ada disitu... Fiuhh...aku jadi pusing, geregetan dan emosi. Tapi semakin banyak versi yang mereka kemukakan aku semakin tersenyum senang. Karena semakin banyak orang berbohong maka semakin tampak kebodohannya.
Sidang hanya berlangsung sekitar satu jam karena masing2 harus menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Suasana masih serba rikuh. Seakan ruangan jadi menyempit. HRD menyatakan bahwa akan mempertimbangkan ini lebih lanjut... LAlu satu hari kami menanti...2 hari belum ada kabar...3 harii.... Hingga kini sudah lebih dari seminggu...
Shitt!!! setelah aku selidiki sendiri...kasus ini memang hanya terbiarkan tergantung. Korban sudah mulai lelah, pembela juga ogah2an..terdakwa berjalan dengan pongah..danorang2 yang berkuasa tak mau tau. Dan itulah yang dimaksud oleh mereka keadilan.
Mereka tak tau...ini hanya akan jadi bom waktu, suatu hari dikesempatan yang lain...Keadilan yang hakiki akan terungkap. Dan aku akan menjadi penonton yang setia...

( Inilah akhirnya...silahkan semua kecewa, karena aku sudah)
wekss...

Belanja Online...!!!?

Aku ini... dibilang suka belanja juga nggak kok. Yang bener sejatinya aku suka jualan malah. hehehehe...seneng banget klo bisa menjual sesuatu yang bikin custumer qt juga tersenyum happy... Akhir2 ini aku sering mengklik-klik situs belanja online. Waduh..., entah kenapa aku kok kepincut..
Sama dengan belanja di mall ato pasar..mesti rajin survey ke situs2 apa ajah untuk bandingin harga, model, kualitas, dan yang terpenting..kepercayaan. Tapi, ajang ini aku salurin jadi bisnis kecil2an. Akhirnya barang2 yang tak beli lewat internet hasil coba2 itu aku jual lagi ke temen2ku. Dan kayaknya mereka cukup puas. YAch...kebanyakan barang yang ada kan barang distro. Jadi ga banyak kembarannya... Wataww....coba...aku punya modal banyak, pasti ide di kepalaku ini jadi addicted.
ada yang mau kerjasama sama fa ga????
^_^

Selasa, 03 Februari 2009

Saat Keadilan dipertanyakan

"Hmm...belum ada kabarkah?" Tanyaku tanpa melihatnya. Bunyi mesin2 mendengung menambah ketegangan yang kami rasakan. Semenjak pagi emosi sudah meledak-ledak. Tak ada penyelesaian dari kasus yang terjadi kemaren pagi. Aku yang sebenarnya bukan korban jadi ikut sakit hati banget. Bagaimanapun ini masalah harga diri kaumku. Dan aku tak bisa tinggal diam.Dari jaman masih menjadi mahasiswa, aku berteriak-teriak dijalanan untuk membela kaumku. Tapi saat ketidakadilan terjadi di depan mataku, aku malah tak bisa berbuat apa-apa. Dan rasa marah pada diri sendirilah yang membuatku emosi.
"Apa perlu kita selesaikan sendiri??", kali ini kutatap dia dengan tak sabar. Dan dia hanya menggelengkan kepala. Bukan karena tak mau, tapi merasa lemah. "Shitt!!!" umpatku. "Kita tunggu sampe istirahat nanti" aku meneruskan pekerjaan yang semakin menggunung di mejaku.
Dua hari ini terasa menyebalkan, dan aku orang bodoh yang menyalahkan waktu. Belum lagi hari hujan tak henti-henti. membuat hati jadi semakin membeku, terutama dia.
Aku semakin tak sabar, hingga kuputuskan untuk memulai menyampaikan ketidaknyamanan yang kurasa atas kediaman ini. Dan sepertinya, kata-kataku yang sedikit memojokkan cukup ampuh. Tak rugi dulu aku ikut organisasi. Kasus pun mulai diproses hari itu juga, sampai sore sidang di ruang HRD berlangsung alot dan sepihak.
"Masak dia ngomongnya laen lagi??!! Kurang ajar orang itu!!!", itu yang pertama dia katakan begitu masuk ruangan. Hhh..." Trus bagaimana keputusannya?" tanyaku tak lebih tak sabar. "Dia mau mengajukan saksi!". katanya kesal. Sdikit gusar,karena saksi yang pertama kami temui secara terus terang membela terdakwa. Tapi aku tersenyum senang.."Kita lihat nanti!" kataku semangat.

bersambung-
(ditulis berdasarkan kisah nyata)