"Hmm...belum ada kabarkah?" Tanyaku tanpa melihatnya. Bunyi mesin2 mendengung menambah ketegangan yang kami rasakan. Semenjak pagi emosi sudah meledak-ledak. Tak ada penyelesaian dari kasus yang terjadi kemaren pagi. Aku yang sebenarnya bukan korban jadi ikut sakit hati banget. Bagaimanapun ini masalah harga diri kaumku. Dan aku tak bisa tinggal diam.Dari jaman masih menjadi mahasiswa, aku berteriak-teriak dijalanan untuk membela kaumku. Tapi saat ketidakadilan terjadi di depan mataku, aku malah tak bisa berbuat apa-apa. Dan rasa marah pada diri sendirilah yang membuatku emosi.
"Apa perlu kita selesaikan sendiri??", kali ini kutatap dia dengan tak sabar. Dan dia hanya menggelengkan kepala. Bukan karena tak mau, tapi merasa lemah. "Shitt!!!" umpatku. "Kita tunggu sampe istirahat nanti" aku meneruskan pekerjaan yang semakin menggunung di mejaku.
Dua hari ini terasa menyebalkan, dan aku orang bodoh yang menyalahkan waktu. Belum lagi hari hujan tak henti-henti. membuat hati jadi semakin membeku, terutama dia.
Aku semakin tak sabar, hingga kuputuskan untuk memulai menyampaikan ketidaknyamanan yang kurasa atas kediaman ini. Dan sepertinya, kata-kataku yang sedikit memojokkan cukup ampuh. Tak rugi dulu aku ikut organisasi. Kasus pun mulai diproses hari itu juga, sampai sore sidang di ruang HRD berlangsung alot dan sepihak.
"Masak dia ngomongnya laen lagi??!! Kurang ajar orang itu!!!", itu yang pertama dia katakan begitu masuk ruangan. Hhh..." Trus bagaimana keputusannya?" tanyaku tak lebih tak sabar. "Dia mau mengajukan saksi!". katanya kesal. Sdikit gusar,karena saksi yang pertama kami temui secara terus terang membela terdakwa. Tapi aku tersenyum senang.."Kita lihat nanti!" kataku semangat.
bersambung-
(ditulis berdasarkan kisah nyata)
Selasa, 03 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
sabar..sabar...keadilan pasti menang...eits,,,bukan berarti aku pecinta parti yang identik namanya dengan ini lho ya...loh kok gak nyambung...biariiinnnn
wah...semoga keadilan emang selalul menang ya...
Posting Komentar