Rabu, 17 Maret 2010

Komidi Putar Raksasa Tanpa Kuda



Aku masih disini! Diatas bumi ini!” Klik! “Terima Kasihku…untuk semua waktumu…”, Entah sudah muter berapa kali kaset Jamrud itu. Dari Side A ke Side B..balik lagi ke Side A..dikeluarkan, diganti ke Side B lagi..dipercepat..diputer, di mute di next.. entah apa maunya..terus begitu. Novel kompilasi cerita kocak tentang penulisnya dipegang dengan satu tangan, tampak hampir habis dibaca. Aku sendiri sedang jengkel melihatnya membaca novel sambil cekikikan dengan tanpa dosa membuat tambah bête dengan memencet-mencet tombol tape yang sebenarnya paling tak berdosa di ruangan ini, ditambah sekarang teraniaya. Beberapa lama kemudian dia berhenti melakukan semua itu. Lalu kuteruskan mencoba memecahkan teka-teki komik Kariage-kun. Aku masih heran, ada juga orang yang bisa selalu tertawa terpingkal-pingkal membaca komik ini, sedangkan aku..hanya sesekali saja. Tak juga mengerti..dapat dua halaman lalu kuletakkan komik Kariage-kun itu, kemudian kuganti dengan Petir karya Dewi dee, dan aku tenggelam dengan segala yang ada didalamnya. Tiga bab kulahap, lebih tepatnya kuulang lagi membacanya…jadi sekedar mereviuw kata-kata yang membuatku terinspirasi mencipta kata-kataku sendiri. Kata-kata yang tak peduli akan dimengerti atau dicaci nanti.


Menjelang Bab empat novel yang kubaca, kudengar tape-ku dianaiaya lagi. Tapi aku sedang malas menegur, dan yang aku tahu dia sedang tidak dalam hati yang ingin ditegur. Kadang kita harus sadari bahwa kita tak selalu benar jika sudah dibenturkan masalah hati. Dan aku sedang tak berada di waktu yang tepat untuk jadi pahlawan. Detik selanjutnya seakan aku tersadar, mungkin hatikulah yang perlu diselamatkan. Daripada aku marah dan jadi bawel..jadi aku mending segera cabut dari tempat ini. Kusambar jaket yang sudah tampak pudar di kursi. Kulemparkan Novel ke meja,dan ngeloyor pergi.


Kutepikan motorku di sudut jalanan yang berhias pohon trembesi dan sebuah bangku usang. Sebuah sudut suram dengan pemandangan gemerlapan jauh diseberangnya. Pemandangan yang biasa kutatap berlama-lama. Kebanyakan diantaranya aku tak memikirkan apapun saat menikmatinya. Bagian yang lainnya aku sedang ingin menyendiri dan menangis sendiri tanpa suara, kepingan yang lain aku sedang berpikir keras memecahkan suatu masalah. Tapi saat tak memikirkan apapun adalah saat-saat yang paling kusukai. Aku laksana orang gila paling bahagia. Tertawa dan tersenyum sendiri..membayangkan menyatu dan melebur dengan apa yang aku amati. Gemerlap cahayanya dengan ukiran-ukiran yang bercerita tentang negeri dongeng penuh keajaiban. Geraknya yang searah mengayun seru memacu adrenalin. Kadang berhenti, tapi hanya untuk bersiap berputar lagi. Komidi putar raksasa tanpa kuda… Aku tak bisa menyebutnya dengan kata lain. Sungguh indah bagiku. Tapi aku hanya mengamati dan mengamatinya sepanjang waktu. Tak pernah mencoba menaikinya. Terlalu mual membayangkannya, tapi mungkin tak ada tangan yang menarikku untuk bersama-sama sekedar tertawa merasakan kejutannya.


Empat puluh lima menit aku telah mengamati dengan berbagai posisi, tersenyum dan tertawa geli sendiri. Sampai sebuah message aku terima di handphone-ku , “Posisi? Kek hantu aja main ngeloyor pergi gak permisi”. Kutekan tombol reply dan kubalas, “Tempat biasa..males ngomong sama orang stress akut! :p”. kuterima sebuah message lagi.. “meluncur kesitu”. Lima belas menit kemudian yang terjadi adalah dua orang gila bahagia sedang cengengesan melihat komidi putar rakasasa tanpa kuda.


Tak ada percakapan, tak ada yang ingin saling bertanya. Membiarkan semua hanyut dalam diam. Aku yakin dia tahu, meski tak bertanya padaku. Seperti aku merasa, meski tak pernah dia cerita. Yang aku harapkan, dia juga percaya padaku..seperti aku percaya padanya. Tak perduli kuping ini mendengar celoteh dari segala penjuru tentangmu. Aku hanya menarik kesimpulan dari segala hal yang terjadi.. Dan saat kau mulai mendengar hembusan dari yang lain tentang aku yang mulai membuatmu muak. Aku hanya bisa katakan satu hal padamu… “ Aku Percaya Kamu”.


- The End -



Nambah : All setting tempat cerita adalah Fiksi.. Ngemeng-ngemeng, kata “Aku Percaya Kamu” diambil dari judul lagu D’ Massive. Hahahaha…


3 komentar:

Erikson mengatakan...

Mempertamaxx kan diri dulu ahh :D

Erikson mengatakan...

Semenjak EW bekawan dengan AD, banyak ilmu yang EW dapat tentang ide kreatif tentang menulis.. hmm bingung mau bayar berapa ya ke AD hehehe... cuma bisa bilang terima kasih banyak hehehe...


Salut buat AD.. maju terus.. kapan kita garap proyek kita??email dong.. hehehhe

Fly^Pucino mengatakan...

hahahaha...gratis! gratis! obral banget aku.. udah di copy paste sama beberapa teman. disadur jadi puisi juga ada... (jadi terharu..Hallah! AD lebay ahh!!). keknya enak chat dulu EW... wait! sabarrrr....