Senin, 19 April 2010

Kesepian Kita


Tubuhnya terasa penat tampak diraut wajahnya. Terutama di mata.., mata yang biasanya seperti elang mencari mangsa atau kadang berbinar layak bulan purnama, kini merah semerah saga. Melanie dilatih tidak mengumbar amarah atau sensitifitas alaminya. Jadi dia hanya diam, bahkan tersenyum untuk beberapa hal yang tak berhak mendapatkan kesedihan atau rasa letihnya. Seminggu yang lalu sudah merupakan hari berat. Bersyukur dia bisa melewatinya dengan nyaris tanpa bersinggungan dengan masalah di kanan kirinya yang siap menggigitkan taringnya. Awal minggu sulit itu diawali dengan kejutan yang tak pernah dia katakan pada orang lain bagaikan suara gemericik air di malam gurun sahara. Yah…mungkin minggu yang berat itu serasa ringan karena awal yang menyenangkan. Setelah baru menyadari bahwa dia telah lelah berlari dari kenyataan hatinya, tapi terlalu takut muncul lagi ke permukaan karena enggan dan tidak siap akan dunia yang mungkin sudah berubah dengan kecepatan cahaya. Bahkan Mell tak berani meratap. Merasa tak berhak menyalahkan siapapun, sekaligus menolak menjatuhkan vonis pada dirinya sendiri. Dan akibatnya yang terjadi hanyalah kebisuan.


Hujan baru saja berhenti derasnya tapi belum berhenti turunnya. Masih rintik-rintik menyisakan suara syahdu karena bersamaan itu terdengar sayup-sayup lagu 80-an dari radio berdaya baterai ABC angkatan 90-an. Tapi hati Mell sedang ingin menyanyikan lagu cadas. Minimal lagu Rock and Roll lah..agar bisa diteriakkan gumpalan-gumpalan yang menyesak didadanya. Tapi sekali lagi Mellanie melawan hatinya. Kalau dia berteriak, nanti mereka dengar. Mell tak ingin mereka dengar,takut kalau-kalau mereka akan menceritakan lagi ke mereka yang lain..lalu sampai ketelinganya. Mell tak ingin dia dengar apa-apa.., Mell benci ditanyai ada apa. Mell selalu yakin bahwa sebenarnya dia tak harus menceritakan apa-apa untuk membuatnya tahu ini kenapa. Karena semua jawaban harus yang baik-baik saja. Semua harus normal..agar lebih mudah menjalaninya. Atau kalau masih saja terasa sulit, harus ada yang tidak dikhawatirkan kan??? Meski tak jarang Mell kepingin egois untuk tak selalu mengalah.
“Aih…, kapan ujan ini berhenti?” Mell mendongak ke langit abu-abu seakan langit hendak menjawabnya. “Aku harus keluar melihat keramaian”, katanya lagi kali ini memohon pengertian langit. Setengah jam kemudian di pinggiran jalanan kota kecil itu, Mellanie berjalan dan menembus gerimis. Di suatu jeda, dia berhenti berlari dan merentangkan tangannya..merasakan titikan-titikan air di telapak tangannya. Tersenyum seakan langit ingin menjuntaikan tangan-tangannya mengajaknya menari. Lalu ditengadahkan wajahnya dan langit pun membelai lembut dengan untaian-untaian sejuk menyapu matanya yang terpejam. Mellanie tersenyum, dan lambat laun senyum itu menjadi tawa. Seorang gadis ayu di sudut jalan yang tadinya menahan-nahan jatuhnya air matanya tertegun melihat mellanie, tapi dia tersenyum kemudian dan tak lagi menghalangi air mata itu jatuh di pipi lembutnya. Seorang pria berseragam yang berada di seberang jalan yang tampak merahasiakan beban yang terbaca dari matanya, malu-malu mengulurkan satu tangannya untuk merasakan apa yang Mell rasakan. Pria itu mengerti, dan kini matanya sejernih embun pagi hari. Semua sunyi yang mereka rasakan mungkin akan terus menemani. Mell, gadis itu, lelaki itu..atau pengamen-pengamen itu..tak ada yang tahu. Tapi jika sepi ini terasa benar, apa yang harus ditakutkan?


Mell hanya yakin bahwa dia tak akan menyerah pada sepi ini. Akan diusir sunyi-sunyi dari semua yang menjejali. Mell bernyanyi tentang lagu mimpi pagi itu, mungkin kau, dia, perempuan di sudut kota, sahabat di pulau lain, lelaki di ujung jalan, bahkan artis terkenal..sedang merasa sepi menghantam sama meski dengan alasan yang berbeda. Jika memang harus memutar masa, dan menemukan banyak jalan maka tak mengapa. Sudah sejauh ini juga, ini rasa Tuhan yang kasih. Sepi..sunyi..meski sudah dilihat sedalam-dalam palung hati..tapi semua ini tetap anugerah. Tolong jangan bilang ini salah, sepi ini tak salah. Sepi ini benar adanya.

Sampai sesak singkirkan sepi-sepi malam. Sampai pegal berlari usir sendiri. Andai aku juga tahu apa yang aku cari. Akan kuberitahu kau lewat mimpi malam ini. Atau lewat sms yang datang pagi hari. Tapi lidahku seakan kelu seketika. Aku hilang tanpa makna. Tapi akan kugenggam erat segala memori agar tak luntur hujan menerjang. Jika nanti akan ada masa sekali lagi.. sekali lagi..

The End

Untuk kalian sahabat-sahabat ku yang terhanyut sepi kalian sendiri. Tak usah berbagi jika ingin kalian nikmati sendiri. Aku dan kami juga mengerti. Kita mengerti..ini kesepian kita sendiri.

NB:
Judulnya dikasih temen ini..awalnya judulnya “Sampai Sesak usir Mimpi” tapi karena gak pernah kepake ide temen aku ini jadi dengan memeras otak agar kepake kali ini. Kwkwkwkwk…. , “sepi ini anugrah” hahahahaha…guaya poll!!! Thx temen-temen yang udah dirusuhi dan di isengi di sepi versi malam ini.

5 komentar:

Erikson mengatakan...

finally, i arrive here.. :) and i got a PERTAMAX hahahaha... well... well..well... apa kabar kau AD? entah ini kebetulan atau apa namanya, kalo baca postingan kau ni kadang2 ada saja suatu kalimat/paragrap yang cukup kuat untuk mewakili kondisi EW sekarang, karena kadang EW gak bisa mengungkapkannya... cuman begitu baca:'ahhhh ini diaaa yang aku maksud',terima kasih AD..

Fly^Pucino mengatakan...

wuih... naik apa ke aathena? penerbangannya agak terganggu karena jadwal terbitnya juga lagi rumit. hehehehe....

"AD mikir nih jadinya..yang mana nih yang EW maksud??" hahahaha...terima kasih juga EW..

Anonim mengatakan...

Salam Kenal...

Anonim mengatakan...

salam kenal...

Fly^Pucino mengatakan...

@ Anonim... salam kenal juga... makasih udah mampirr :)