_Surabaya 11:30 AM_
Ara Sibuk menata baju dan peralatan kedalam tas ransel
“Aku berangkat nanti sore dengan kereta jam setengah 3” kata Ara kepada Ella teman sekamarnya tanpa menoleh. “Hmm..” jawab Ella acuh tak acuh. “Semua sudah kau periksa Ra?” Tanya Ella kemudian. “Aku rasa sudah, coba ku cek lagi” …… “semua peralatan untuk wawancara sudah siap. Apa medannya sulit??” Tanya Ella. “Lumayan..masih bisa dijangkau dengan sepeda motor”. Jawab Ara..
_Kereta Penataran 4:30 PM_
“mungkinkah..BIla ku bertanya..pada bintang-bintang, dan bila…kumulai merasa..bahasa kesunyian. Aku…dan semua..yang terluka..Karena Kita…Aku…kan menghilang..dalam pekat malam. Lepas kumelayang.. BIarlah kubertanya pada Bintang-bintang tentang arti kita..Dalam mimpi yang sempurna…” Suara pengamen yang bersemangat sekaligus penuh penghayatan di kereta yang sesak ini. Sejenak mengantarkan Ara dalam lamunan. Diliriknya penumpang disebelahnya yang sepertinya sedang bertelepon dengan kekasihnya. Suara khas dari kereta ekonomi terdengar disana-sini. Penjual Es, Penjual makanan kecil,buah, sampai peralatan rumah tangga lengkap disini.
“Aku ada disini.
bersama sejuta wajah yang menggambarkan berbagai ekspresi.
Namun yang kucari hanya satu rona.
kamu!”
“Cuma seribu mbak..” suara penjual membuyarkan lamunan Ara. Sejenak bingung dengan maksud si penjual yang matanya berbinar penuh harap. Penjual hanya menunjuk tali rambut yang tadi di lemparkan kepangkuan Ara tadinya. Ara hanya tersenyum dan mengeluarkan uang dua ribu rupiah. “Ada yang warna hijau pak?” Tanya Ara. “Tentu ada mbak..” jawab penjual itu, kali ini dengan semangat. Mungkin aku belum butuh ini, tapi mata binar penjual membuat Ara berpikir.. “Ahh..rejeki anak dan istrimu lah pak..”
_Malang Kota 9:30 PM_
Hotel kecil di daerah sekitar kantor Pemkot Malang yang dipilih Ara untuk menginap. Bukan karena apa, karena hanya Hotel ini yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari stasiun Kota karena malam ternyata sudah larut untuk kota ini. Kereta ekonomi yang luar biasa lama saat tidak terjadi masalah, lebih tambah lama karena ada masalah dengan lokomotifnya ditengah perjalanan mau mencapai Stasiun Lawang. Dan sekarang disinilah dia, Malang…
Dingin menghentak diluar
Dingin merayap didalam
Angin berlarut membawa beku
Disini..
Dihatiku
Ara menghembuskan nafas panjang. Setengah jam dia memeras otak untuk mulai menulis sesuatu di notebook yang dipengangnya. Dan hanya penggalan kata itu yang mampu ditulisnya. Ditutupnya notebook itu. Diraihnya kamera yang dia bawa, dibersihkan lensanya. “Aku harus minta maaf pada Ella sepulang dari sini”, batin Ara. Sebenarnya tak ada unsur pekerjaan perjalanannya kali ini. Ara hanya ingin pergi dari hiruk pikuk kota. Sejenak melepas penat, dan sendiri. Hunting foto dan kalau mujur, dapat bahan untuk dijadikan uang.
Beberapa bulan ini Aga menghilang lagi. Entah kemana, seperti di telan bumi. Ara bisa saja mencarinya..tapi tidak kali ini. Tidak waktu ini. Karena kali ini bukan yang pertama. Hingga Ara percaya lelaki satu ini punya ilmu menghilang layak di film-film Indonesia masa lampau. Saat ini Ara memilih untuk menyendiri saja. Meski Ara tau, hatinya tak pernah mau sendiri. Selalu ada dia yang menguasai dan menyeruak dalam segala emosi. Tidak tau apa yang dicari, dan selebihnya hanya kesempatan dan waktu luang yang membawa langkahnya ke kota ini.
Ditariknya selimut rapat-rapat..malam semakin dingin..tapi lelah membuatnya terlelap dan menghanyutkannya dalam mimpi. Dan dalam mimpi itu Ara tak henti tertegun.. “Kenapa kau juga ada dalam alam ini Ga?”.
_Perjalanan 8:00 AM_
Angkot ke daerah Gadang mudah sekali diperoleh dari hotel tempat Ara menginap. Sekitar 45 menit sampailah dia di Gadang. Setelah menimbang, Ara memilih untuk booking ojek untuk perjalanan selanjutnya. Karena dia tak mau kehilangan momen-momen yang mungkin dia temui dalam perjalanannya terlewat begitu saja tanpa terabadikan dalam kameranya. Setelah tawar-menawar yang cukup alot. Sudah menjelang sore saat dia tiba di tempat tujuannya karena harus berhenti beberapa kali untuk mengambil foto dan Sholat Dzuhur.
_Pantai Bale Kambang 3:30 PM_
..Bale Kambang… sebuah wisata pantai di Malang selatan. Setelah membayar Ojek , Ara larut dalam suasana pantai yang syahdu kala sore hari. Tak menyia-nyiakan kesempatan, beberaba view jadi objek kameranya. Ombak sudah mulai meninggi..hingga Ara memutuskan tak langsung bermain air pantai dan memutuskan untuk menyewa salah satu kamar untuk menginap di pinggiran pantai Bale Kambang itu. Malam harinya, sambil menikmati Jagung bakar dan secangkir kopi, disertai angin pantai yang semilir serta dimeriahkan musik-musik rege dari Tape yang dibawa rombongan anak-anak muda. Masih sangat muda, mungkin baru kuliah semester awal-awal. “Ahh..dulu tak ada waktu untuk tamasya aku saat seumur mereka” batin Ara. Tersenyum mengingat masa lalu lalu meneguk nikmat kopi hitam dari cangkir usang.
Suasana pantai yang jauh dari deru mesin dan asap sangat terasa nyaman, musik..tawa canda…ada yang bercengkrama, ada yang bermain-main dengan anak tercinta, dan juga..ada yang bertengkar dengan kekasihnya. Ara hanya tersenyum kecut, iri..mungkin itu yang ada di hatinya.
Aku berada di ujung tanah pijakan
Sedang menatap dua alam
Semuanya berdendang
Dan aku hanya terdiam
“Aga..” lamat-lamat bibir Ara mengucapkan nama itu. Bagai kan sebuah mantra yang dilafalkan. Diiringi genderang yang bertabuhan dalam hatinya. “Saat sendiripun kenapa hanya nama itu yang Aku ingat?”. “Mau beli Gelang nak?” suara nenek yang membuyarkan lamunan Ara. Dilihatnya barang yang dijajakan nenek tersebut. Pernik-pernik yang khas pantai. Lumayan untuk oleh-oleh balik ke kota. “Sendiri saja nak?”,Tanya nenek itu kemudian. “Iya nek.., nenek juga? Tidak ditemani cucunya?” tanyaku iseng. Lalu entah bagaimana mengalir setetes air mata dari mata tua itu. “Nenek hanya punya suami nak…dan 2 minggu lalu dia sudah pergi mendahului nenek”. Kata nenek itu. Rasa bersalah menyeruak dalam hati Ara, refleks tangannya memegang tangan perempuan tua itu. “Maaf nek…seharusnya saya tidak lancang bertanya” kata Ara dengan nada yang dia harap terdengar tulus. Hanya senyum mengerti yang disuguhkan nenek itu..lalu berkata dia, “Padahal biyen wes tak pesen…bah aku ae yang mangkat duluan, bah aku gak dewean..eeelah dalah…malah aku ditinggal disik-an, tapi urip mung sedelo, mengko mesti ketemu nang suargo” (Padahal dulu kubilang biar aku dulu yang pergi..ee…malah pergi duluan. Tapi hidup kan hanya sebentar..nanti juga aku ketemu lagi diSurga). Ara hanya tersenyum, masih merasa bersalah. “Kau sudah punya pacar to nak?? Wess…mugo-mogo entok jodo koyok nenek sama kakek biyen..sampe tuek gandengan tangan, sampe royokan teken” (kau sudah punya pacar nak? Semoga dapat jodoh seperti nenek dan kakek dulu, sampai tua bergandengan tangan bahkan sampai berebut tongkat). Kata nenek itu sambil ganti memegang tangan Ara. Dan mendengar do’a nenek itu..hati Ara langsung dingin..membeku...dan bayangan Aga yang menguasainya kabur terusik, seakan malu.
_Pantai Bale kambang 5:30 AM_
Telah kucari kau sampai ujung langkahku
Telah kutunggu kau hingga lupa waktuku
Kuteriakkan namamu disegala penjuru
Kutulis tanda-tanda disegala pijakku
Kuganggam semua janji hingga jadi belenggu
Nyata kau tak pernah Jauh dariku
ada disini,
Dekat sekali
Hanya saja kau tak pernah tau
Ditutup notebook itu, lalu berlari Ara menentang angin dan gelombang di pantai itu. Kali ini dibiarkan airmata yang ditahan lama sekali..tak ada nama yang bisa dia teriakkan. Tak bisa dia tulis huruf-huruf itu dipasir pantai. Dadanya bergemuruh, lalu tubuhnya luruh..
Setelah semuanya tenang, buru-buru kembali dia ke kamar penginapannya, diraihnya Hp..lalu dipencet no yang sangat dia hafal. “Aga..kita harus bicara” hening…
_1 Tahun kemudian, Malang_
Malang, kali ini aku kemari dengan segala kebebasanku. Dibuang daun yang baru ditulisi itu ke pinggiran kota ini. Terbawa angin. Ara tersenyum..kemudian melangkah pasti.
-Based on true story-
Ps:
- Nama tokoh diambil dari 1000 nama bayi punya ibu-ibu hamil di kantorku. (Kakakakks…Semoga kelak..lahir selamat, jadi anak-anak yang Sholeh maupun Sholehah. Amin..)
- Aku bingung ngasih judul apa… Ada yang punya Ide????
13 komentar:
nice cerpen mbak
bingung mau komen apa,dalam kali keknya AD.. betullah mamak ku bilang, cinta wanita tu seperti anak kuku yang putih dibalik kuku kita, makin lama makin besar gak ilang2.. nah kami lelaki ni kadang..ah.. suka menyepelekan.. dan semoga EW bs memberikan cinta EW pada orang yang terbaik buat EW agar tidak berteriak dalam ramai, tenggelam dalam, air.. wkwkwk ga jelas neh..
@Hide id.. Makasih..atas respon dan telah sudi mampir k negeriku ini..
@EW.. Itu cm crt pendek.. Hanya ngambil setting sm dan garis besar dan feel saat itu. Tp.. Krn yg laen bunga2 aj dr FP.. Macam mana? Jadi gak bkn novel kek 5 cm? Cerita kau lah..kutunggu..
@AD: insyaALLAH AD.. akhir tahun ini aku mau ke Semeru, balik dr situ mungkin aku buat ceritanya :) tepatnya tanggal 22-25 Desember
ketinggalan, kl blh saran Judulnya :'Demi Esok yang Lebih Baek'
Huks..cb Startx tgl 25..ikut aq. (Emg sp yg mo ngajak km AD?). Dtampunglah..usulnya..ng..ngg..
weh sudah aktif nulis lagi ya
@ mas sonie... wui...seneng banget masih mau berkunjung setelah mati suri. Alhamdulillah...mohon bantuan up semangat nulis ya mas..
bagus. moga bisa kaya raditya dika
@ fai.., wui..thx bro... Amin ae lah aku.. Btw, cepetan diisi blognya. biar aku bisa baca...hehehe...
Sebuah
Perjalanan
Hidup.
@ Anonim..wuih.., keknya masukan judul lagi nich.. gimana klo.."One Pieces of my life". ato lebih kejem aj.."Lagu LAma" huaaa...ha...
Posting Komentar